Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tingkatkan Kualitas Udara, Luhut Minta DKI Perbanyak Kendaraan Listrik

Kompas.com - 03/07/2023, 07:02 WIB
Ruly Kurniawan,
Agung Kurniawan

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Koordinator Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan meminta Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta untuk segera memperbanyak kendaraan listrik yang beredar.

Pasalnya, langkah tersebut bisa secara signifikan memperbaiki kualitas udara di Ibu Kota sehingga berbagai aktivitas positif, seperti lari maraton, bakal semakin marak.

"Jadi kita pengin olahraga atletik ini terus maju. Karena sudah ada di Bali, di Borobudur, itu levelnya Bali sudah naik. Di Borobudur mau naik. Nah, di Jakarta ini kita coba setelah itu kita cari buat di mana lagi," kata Luhut usai melepas peserta LPS Monas Half Marathon yang disiarkan YouTube resmi Pemprov DKI Jakarta, @DKIJakarta, Minggu (2/7/2023).

Baca juga: Gara-gara Baut Kendur, Piringan Rem Cakram Motor Ini Sampai Lepas

Pengunjung mencoba motor listrik yang disediakan di area test ride PEVS 2023KOMPAS.com/daafa Pengunjung mencoba motor listrik yang disediakan di area test ride PEVS 2023

Ia lalu menyebutkan, semakin olahraga terkait digemari akan berdampak positif bagi lingkungan di Jakarta. Luhut pun juga berbicara terkait penggunaan mobil dan sepeda motor di listrik di Jakarta demi kualitas udara yang membaik.

"Tapi itu kan menyangkut masalah lingkungan juga, orang lari harus aman, seperti ini, makanya sama Pak Gubernur kita diskusi supaya bagaimana populasi motor listrik, mobil listrik, bisa marak," kata Luhut.

"Supaya kualitas udara di Jakarta ini membaik. Karena orang tidak mau kalau kualitas udara enggak baik, itu satu, teknis ya," tambahnya.

Dirinya lantas berharap penyelenggaraan lari maraton bisa berlangsung setiap tahun. Ia ingin antusias masyarakat tinggi dengan adanya olahraga ini.

Baca juga: Arus Balik Libur Idul Adha, 359.115 Kendaraan Kembali ke Jabodetabek

Ilustrasi emisi karbon dari kendaraan Shutterstock/NadyGinzburg Ilustrasi emisi karbon dari kendaraan

"Jadi ini akan kita buat tiap tahun, paling dua tahun ke depan sudah kita kontrak dan berharap kalau ini terus sukses ya, terus perpanjangan lagi. Saya kira itu tadi tujuan dari pada ini," ujarnya.

Sebelumnya, Sub-Koordinator Kelompok Pemantauan Lingkungan Bidang Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta Rahmawati menyatakan bahwa konsentrasi polutan di Jakarta sudah terlihat sejak April 2023.

Kala itu, rata-rata bulanan konsentrasi PM 2,5 sebesar 29,75 mikrogram per kubik. Angka ini kemudian naik hampir dua kali lipat menjadi 50,21 mikrogram per kubik pada Mei 2023.

Namun, konsentrasi polutan akan berangsur-angsur menurun setelah melewati musim kemarau.

"Akan menurun saat memasuki musim penghujan bulan September-Desember. Hal tersebut terlihat dari tren konsentrasi PM 2,5 tahun 2019 sampai 2023," kata Rahmawati.

Baca juga: Sektor Otomotif Raup Rp 2 Triliun Pendapatan Jakarta Fair 2023

Memburuknya kualitas udara di Jakarta tak lepas dari pengaruh emisi yang dihasilkan kawasan industri di wilayah penyangga Ibu Kota. Menurut Rahmawati, sumber emisi di suatu wilayah akan memengaruhi daerah lain di sekitarnya.

"Karena adanya pergerakan polutan akibat pola angin yang membawa polutan bergerak dari satu lokasi ke lokasi yang lain," kata Rahmawati.

Ia berujar, pergerakan polutan akibat embusan angin menyebabkan terjadinya peningkatan konsentrasi polutan di lokasi tertentu. Permasalahan ini juga terjadi di Jakarta dan berimbas pada semakin memburuknya kualitas udara.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com