Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mitos atau Fakta, Teknologi Uap Air Efektif Bikin Irit BBM?

Kompas.com - 12/09/2022, 15:12 WIB
Erwin Setiawan,
Aditya Maulana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Berbagai produk penghemat BBM untuk kendaraan kembali ramai di pasaran, setelah harga BBM resmi naik. Mulai yang berupa obat-obatan hingga modifikasi mesin.

Salah satu yang kembali ramai adalah generator yang bisa mengubah air menjadi gas hidrogen dan oksigen untuk disemprotkan langsung ke saluran masuk mesin.

Cara tersebut diklaim mampu menghemat konsumsi bahan bakar hingga 50 persen. Tentu saja itu angka yang menarik. Namun, apakah benar teknologi tersebut cukup efektif?

Baca juga: Dampak Buruk Gunakan Cairan Khusus Agar Hemat BBM

Pemerintah mewacanakan rencana kenaikan harga BBM subsidi Pertalite dkk, warga diimbau hemat BBM. KOMPAS.com/Nur Jamal Shai'id. Pemerintah mewacanakan rencana kenaikan harga BBM subsidi Pertalite dkk, warga diimbau hemat BBM.

Foreman Nissan Bintaro Ibrohim, mengatakan efektif atau tidaknya perlu penelitian, namun secara teknis bisa dijelaskan harapan pembuat produk tersebut.

“Alat penguap air itu cara lama, untuk mencampur dan memperkaya oksigen, jadi uap air diinjeksikan ke dalam saluran masuk sehingga komposisi oksigen meningkat dan pembakaran menjadi maksimal,” ucap Ibrohim kepada Kompas.com, Minggu (11/9/2022)

Dia mengatakan dengan bertambahnya oksigen dan hidrogen diharapkan tenaga menjadi bertambah, bahan bakar menjadi lebih irit dan emisi gas buang menurun.

Baca juga: Benar atau Tidak, Kapur Barus Efektif Bikin Irit BBM?

Bensin menjadi salah satu kebutuhan rutin yang tak terelakkan demi kenyamanan perjalananPexels Bensin menjadi salah satu kebutuhan rutin yang tak terelakkan demi kenyamanan perjalanan

“Harapan pembuat alat tersebut ya bagus, tapi untuk hasilnya tetap perlu diuji lebih detail lagi, apakah benar-benar efektif,” ucap Ibrohim.

Sementara itu, Dealer Technical Support Dept. Head PT Toyota Astra Motor (TAM) Didi Ahadi, mengatakan metode pengubahan air menjadi gas hidrogen tersebut sudah lama ditinggalkan karena efeknya tidak begitu terasa.

“Ini (pengubahan air menjadi gas hidrogen) sudah lama sekali, dan tidak terlalu berpengaruh sehingga menurut saya sudah tidak ada yang pakai lagi,” ucap Didi kepada Kompas.com, Senin (12/9/2022).

Dia mengatakan di awal kemunculan alat tersebut rekan kerjanya sempat melakukan penelitian, dan hasilnya tidak terlalu berbeda.

Baca juga: Mitos atau Fakta, Mobil Mesin Diesel Lebih Hemat BBM daripada Bensin?

Guru SMKN 1 Karawang Sigit Nur Atmadi menunjukkan cara kerja penghemat BBM inovasinya, Selasa (7/6/2022).KOMPAS.COM/FARIDA Guru SMKN 1 Karawang Sigit Nur Atmadi menunjukkan cara kerja penghemat BBM inovasinya, Selasa (7/6/2022).

“Teman, waktu itu sudah pernah uji coba tapi hasilnya tidak terlalu berpengaruh, sudah lama sekali sih pengujiannya,” ucap Didi.

Dia juga mengatakan metode tersebut cukup berisiko karena melibatkan perangkat elektronik.

“Berisiko juga, karena ada tambahan kutub-kutub negatif dan positif dari aki utk proses hidrogennya,” ucap Didi.

Jadi, alat pengubah air menjadi bahan bakar tambahan di mesin ini tidak begitu berpengaruh baik terhadap performa atau pun konsumsi bahan bakar.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau