JAKARTA, KOMPAS.com – Kendaraan besar seperti bus dan truk kerap terlibat dalam kecelakaan. Salah satu penyebab terjadinya kecelakaan bus dan truk yaitu rem blong.
Bus dan truk sendiri sebenarnya memiliki sistem pengereman yang berbeda dibanding mobil biasa.
Terdapat dua sistem rem yang ada pada bus dan truk, pertama rem utama dan kedua rem pembantu. Jika pengemudi mengetahui soal sistem pengereman ini, peristiwa kecelakaan karena rem blong akan jarang terjadi.
Senior Investigator Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) Ahmad Wildan mengatakan, sistem rem utama berfungsi untuk menghentikan putaran roda, wujudnya yaitu rem pedal (service brake) dan hand brake.
Baca juga: Pakai Stiker RFID, Bayar Tol Bisa Tanpa Setop dengan Kecepatan 60 Kpj
“Ini disebut juga dengan rem yang berbasis gesekan. Sistem rem ini berisiko ngeblong karena mengandalkan gesekan antara kampas dengan tromol, jadi risikonya tinggi,” ucap Wildan dalam acara Konsinyering Penyusunan Modul Tata Cara Pengereman Angkutan Barang di Bogor, Selasa (23/4/2021).
Wildan mengatakan, gesekan antara kampas (non metal) dengan tromol (metal) salah satu pasti ada yang tidak tahan, yaitu kampas.
Ketika kampas kalah, koefisien geseknya turun sampai mendekati nol, maka akan terjadi brake fading.
Ketika kampas mengalami overheat dan terjadi brake fading. Percuma saja menginjak rem karena sudah tidak bisa menghentikan roda. Sistem rem kedua yaitu rem pembantu atau disebut rem yang tidak berbasis gesekan.
Baca juga: Sejarah PO Sumber Kencono, Kerap Kecelakaan Berubah Jadi Sugeng Rahayu
“Kerja dari rem pembantu yaitu memperlambat putaran mesin. Rem pembantu yang pertama yaitu engine brake, caranya dengan memasukkan gigi rendah saat berjalan menurun. Jadi mesinnya yang menahan kendaraan turun,” kata Wildan.
Kedua ada exhaust brake, atau biasa disebut dengan rem angin. Cara kerjanya, ada katup yang menutup lubang knalpot, sehingga tekanan di dalamnya meningkat dan kembali masuk ke ruang bakar mesin.
“Jadi saat piston mau ke titik mati atas (TMA), karena ada tekanan tadi, gerak piston jadi melambat. Saat gunakan exhaust brake, jangan pernah tambah gas, los saja,” ucapnya.
Wildan mengatakan, yang jadi masalah, pengemudi enggak tahu, saat gunakan exhaust brake, dia malah tambah gas. Ketidaktahuan ini jadi fatal, karena mesin dipaksa menjadikannya cepat rusak dan solar boros.
“Yang ketiga yaitu retarder, caranya, di propeller shaft dipasangi magnet yang arahnya berlawanan. Sehingga saat diaktifkan akan memperlambat putaran propeller shaft,” kata dia.
Ketika sudah menggunakan tiga rem pembantu ini, otomatis bus akan memperlambat laju dengan sendirinya. Jadi saat di turunan, pengemudi tidak perlu sering menginjak rem utama, sehingga risiko rem blong sangat kecil.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.