Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ketika Sedan Tak Lagi Dipilih Jadi Armada Taksi

Kompas.com - 11/10/2019, 17:20 WIB
Stanly Ravel,
Azwar Ferdian

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Meski berstatuskan mobil murah ramah lingkungan alias low cost green car (LCGC), namun dengan Toyota Calya dan Daihatsu Sigra yang akan menjadi armada taksi, menunjukan adanya tren perubahan di kalangan pengusaha jasa transportasi, khususnya taksi.

Hal ini pun dibenarkan oleh Ketua Organisasi Angkutan Darat (Organda) DKI Jakarta Shafruhan Sinaungan. Menurut dia, saat ini perusahaan taksi lebih detail dalam memilih unit armada karena memikirkan beberapa faktor bisnis.

"Intinya lebih karena nilai investasi dan tarif. Logika mudahnya, saat ini harga sedan sudah sangat tinggi, mungkin bisa di atas Rp 250 juta, tapi saat dijadikan sebagai armada taksi, tarifnya kan tidak berbeda," ucap Shafruhan saat berbincang dengan Kompas.com, Jumat (11/10/2019).

Baca juga: Calya Jadi Armada Taksi Express, Ini Kata Toyota

Taksi Expressdok Taksi Express Taksi Express

"Artinya mau dia pakai sedan low end atau pakai low MPV, secara tarif sama, tapi harga beli unitnya sedan lebih mahal," kata dia.

Lebih lanjut Safruhan menjelaskan soal investasi. Menurut dia, salah satu alasan perusahaan taksi dewasa ini memilih unit armada dari segmen LMPV bukan sekadar pertimbangan harga beli saja, tapi juga harga jual kembali atau resale value.

Berdasarkan beberapa observasi, harga LMPV cenderung lebih baik dari sedan. Apalagi kebanyakan masyarakat di Indonesia juga lebih suka mengendarai mobil yang memiliki komposisi tujuh penumpang atau tiga baris.

Calya dan Sigra jadi armada taksi Next Express Calya dan Sigra jadi armada taksi Next Express

Lantaran itu, maka ada prediksi bila harga LMPV yang digunakan menjadi taksi nantinya tetap akan memiliki harga jual yang masih cukup baik. Kondisi ini yang menjadi salah satu poin penting pertimbangan perusahaan taksi dari segi investasi.

Baca juga: 1.000 Unit Calya dan Sigra Jadi Armada Taksi Express

Namun demikian, bukan berarti sedan untuk taksi benar-benar akan tergantikan semua dengan LMPV. Menurut Sahruhan dari segi pengadaan unit pastinya akan tetap ada untuk mengisi segmen menengah.

Tapi dari segi kuantitas atau jumlah, skalanya mungkin tidak akan sampai setengahnya dari LMPV mengingat peruntukan dan tarifnya pun juga akan berbeda dari model reguler. 

Sejumlah tukang ojek, taksi, dan angkutan kota konvensional, melakukan unjuk rasa menolak keberadaan transportasi daring (online), di Alun-alun Purwokerto, Banyumas, Jawa Tengah, Selasa (17/10/2017). Para pekerja transportasi konvensional yang tergabung dalam Forum Transportasi Banyumas (FORTAS), melakukan mogok dan unjuk rasa menuntut agar Pemkab Banyumas mengeluarkan aturan yang melarang keberadaan transportasi online.ANTARA FOTO/IDHAD ZAKARIA Sejumlah tukang ojek, taksi, dan angkutan kota konvensional, melakukan unjuk rasa menolak keberadaan transportasi daring (online), di Alun-alun Purwokerto, Banyumas, Jawa Tengah, Selasa (17/10/2017). Para pekerja transportasi konvensional yang tergabung dalam Forum Transportasi Banyumas (FORTAS), melakukan mogok dan unjuk rasa menuntut agar Pemkab Banyumas mengeluarkan aturan yang melarang keberadaan transportasi online.

"Kalau dilihat dari sisi pasar kan LMPV itu relatif harganya stabil, karena itu perusahaan taksi memiliki LMPV digunakan jadi armada. Memang terjadi pergeseran, lebih tepatnya ke mindset, karena sekarang jasa transportasi itu benar-benar kompetitif, apalagi setelah menjamurnya taksi online yang sampai saat ini pun tidak bisa dipastikan ada berapa," kata Shafruhan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau