Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pebisnis Daerah Bahas Kenaikan Suku Bunga dan Melemahnya Rupiah

Kompas.com - 03/09/2018, 09:22 WIB
Reni Susanti,
Agung Kurniawan

Tim Redaksi

BANDUNG, KOMPAS.com - Jaringan pemasaran otomotif di daerah mulai khawatir dengan kondisi kenaikan suku bunga dan melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat. Imbas kondisi itu, bisa berpotensi menggangu konsumen, khususnya di Jawa Barat.

"Soal kurs kami masih nunggu ATPM, masih dibahas (ATPM)," ujar Direktur Honda Bandung Center (HBC), main dealer mobil Honda di Jabar-Banten, Iwan Tjandradinata kepada Kompas.com di Bandung, Senin (6/8/2018).

Salah satu yang dibahas adalah harga produk. Jika harga produk naik, bagaimana imbasnya terhadap penjualan.

"Kalau harga naik, bisa menurunkan penjualan enggak. Kalau seperti itu apakah lebih baik dealer yang berkorban dengan sejumlah cara. Kami masih nunggu keputusannya dari ATPM," ucap Iwan.

Manajer Operasional HBC, Junianto Naibaho, mengatakan, kenaikan suku bunga dan melemahnya kurs rupiah bukan kali pertama terjadi di Indonesia. Namun melihat pengalaman, pasar Indonesia sangat dinamis.

Baca juga: Honda CR-V Terbaru Mulai Dijual di Jepang

Itu terlihat dari pasar mobil dua tahun ini yang tetap tumbuh meski kondisi ekonomi Indonesia maupun global kurang bagus. Sebab yang penting di Indonesia, produk baru dan harga.

"Di saat (ekonomi) yang katanya susah, pasar mobil tumbuh 10 persen. Ini saatnya kami mendorong sleeping costumer dari pending menjadi spending," tuturnya.

Dia optimistis bisa meraih target apalagi Honda baru mengeluarkan produk baru, di antaranya Honda Brio. Mobil LCGC tersebut dibidik first buyer yang karakter umumnya tidak mempedulikan suku bunga.

"Yang mereka tanya, DP nya berapa. Sedikit sekali yang nanya soal suku bunga. Selain itu kami memiliki banyak program untuk konsumen," sebut dia.

Penjualan LCGC sambung Junianto, menjadi penyokong utama Honda. Kontribusinya mencapai 45 persen dari seluruh penjualan Honda.

Untuk Honda Brio pun, pihaknya menargetkan penjualan 1.100 per bulan di Jabar-Banten, meningkat dari sebelumnya di angka 800 unit.

"Sudah bisa dipesan tapi harganya belum keluar karena dari pemerintahnya belum keluar," ucap dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com