JAKARTA, KOMPAS.com – Tren pergerakan dolar Amerika Serikat (AS) terus meningkat. Dalam satu bulan terakhir mata uang asing masih menekan rupiah.
Tercatat, nilai tukar dolar AS terhadap rupiah selalu berada di level Rp 16.000 ke atas. Kondisi ini sedikit banyak bakal memengaruhi industri otomotif.
Melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dollar AS salah satunya bisa berdampak pada naiknya harga kendaraan.
Baca juga: Mio Lawas Banyak Dicari, Ini Komentar Yamaha
Meski begitu, PT Yamaha Indonesia Motor Manufacturing (YIMM) menampik bahwa harga motor bakal naik secara instan ketika dollar AS menguat.
“Untuk saat ini belum ya, kami masih lihat nilai tukarnya,” ujar Antonius Widiantoro, Asst GM Marketing & Public Relation PT YIMM, kepada wartawan di Solo, Sabtu (4/5/2024).
“Ya masih bisa kami manage dengan nilai tukar yang sekarang. Intinya mudah-mudahan kondisinya tidak semakin naik terus gitu ya,” kata dia.
Baca juga: PO Agra Mas Buka Trayek Rajeg-Malang, Sleeper Bus Tiket Rp 570.000
Antonius juga mengatakan, saat ini pihaknya masih berusaha menahan harga jual motor di tengah tren pelemahan rupiah.
Ia menambahkan, kenaikan harga motor Yamaha yang terjadi pada awal tahun menurutnya lebih karena faktor pajak daerah.
“Untuk saat ini kami enggak bisa memprediksi itu (harga motor) bakal naik atau turun, tapi ya dengan kondisi sekarang kami masih bisa manage dan belum ada rencana untuk menaikkan,” ucap Antonius.
“Kami naik awal maret itu pun karena BBN, penyesuaian BBN itu tiap tahun. Jadi bukan harga motornya yang naik, menyesuaikan BBN di masing-masing kota,” ujarnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.