JAKARTA, KOMPAS.com - Saat ini masih banyak pengemudi yang menggunakan aplikasi peta atau navigasi ketika menuju suatu lokasi, terlebih saat berkendara jarak jauh atau ke daerah yang belum pernah dilewati.
Meski sudah dirancang untuk menampilkan rute terbaik, namun tak jarang peta digital mengalami kesalahan, seperti memberikan rute yang kurang tepat atau kurang sesuai dalam menentukan titik lokasi.
Seperti contoh dua bus pariwisata yang mengangkut 80 wisatawan asal Surabaya yang tersesat di jalur hutan Tunggangan, Kecamatan Jatiroto, Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah, Minggu (29/12/2024).
Baca juga: Video Brio Mundur Tabrak Cortez Lalu Kabur, Ini Ancaman Sanksinya
Kedua bus tersebut tersesat saat mengikuti petunjuk arah dari aplikasi Google Maps dengan tujuan Pantai Klayar di Pacitan, Jawa Timur.
Satu hari sebelumnya, tepatnya pada Sabtu (28/12/2024), bus yang membawa rombongan calon pendaki Gunung Sumbing dari Brebes terjebak di jalur pertanian di Dusun Klowoh, Desa Kwadungan, Kecamatan Kalikajar, Kabupaten Wonosobo.
Bus tersebut berangkat menuju basecamp pendakian Sumbing melalui Nepal Van Java, Magelang, dengan mengikuti petunjuk Google Maps.
"Namun, jalur yang dilewati ternyata mengarah ke jalan pertanian di Dusun Klowoh, Desa Kwadungan, sehingga bus tersebut terjebak dan tidak bisa berputar balik," kata Kapolsek Kalikajar, AKP Aris Kristiyanto, dikutip Kompas.com.
Sementara itu, Training Director Safety Defensive Consultant Indonesia (SDCI) Sony Susmana mengatakan, aplikasi petunjuk jalan seperti Google Maps atau peta digital lainnya, sebaiknya digunakan pengemudi sebagai referensi saja.
“Aplikasi penunjuk arah sebaiknya digunakan sebagai referensi agar lebih mudah, dekat, aman dan arahnya jelas. Tidak disarankan mengandalkan 100 persen, karena nomor satu pengemudi harus paham dengan detail lokasinya,” ucap Sony.
Menurut Sony, hanya pengemudi pemula saja yang mengandalkan aplikasi seperti itu. Pasalnya, kalau sudah banyak pengalaman biasanya dalam mengambil keputusan akan banyak pertimbangan.
“Berikutnya pengemudi sebaiknya tidak memaksakan diri. Artinya, kalau memang jalan tersebut tidak layak, ya jangan diteruskan. Kontak yang bersangkutan untuk minta supaya pertemuannya di geser ke area yang lebih aman,” kata Sony.
Training Director The Real Driving Center (RDC) Marcell Kurniawan menambahkan, hal utama yang harus dipersiapkan jika bepergian menggunakan aplikasi peta adalah mengecek terlebih dahulu rute yang disarankan.
“Bila akan menempuh perjalanan jauh dan mengandalkan aplikasi peta, H-1 sebelum keberangkatan pengemudi sebaiknya mempelajari dan melihat kondisi melalui foto lokasi yang tersedia di aplikasi,” ucap Marcell.
Baca juga: Tilang Polisi Bisa Dilakukan Tanpa Adanya Razia
Kemudian, jangan lupa untuk update informasi melalui aplikasi peta yang ada saat istirahat.
“Ketika sudah di perjalanan dan sedang istirahat, lihat lagi rutenya, diarahkan kemana. Kemudian bila rute yang disarankan berubah, segera pelajari lagi,” kata dia.
Lebih lanjut lagi, Marcell menyarankan, bila masuk ke daerah dengan sinyal yang minim, jangan andalkan aplikasi.
“Coba untuk bertanya arah dengan orang sekitar, agar tidak tersesat,” ucapnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.