Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pentingnya Penerapan Bioetanol di Indonesia

Kompas.com - 05/09/2024, 15:12 WIB
Ruly Kurniawan,
Stanly Ravel

Tim Redaksi

KARAWANG, KOMPAS.com - Selain kendaraan listrik (electric vehicle), Indonesia disebut harus mulai memanfaatkan energi baru terbarukan sebagai bahan bakar guna mencapai netralitas karbon pada 2060.

Pasalnya, saat ini kendaraan bermotor masih jadi salah satu penyumbang emisi terbesar di Tanah Air selama 2019-2023, dengan total kontribusi 23 persen setelah power generation sebesar 42 persen.

Sementara dalam periode sama, rata-rata nilai impor bahan bakar minyak mencapai Rp 250 triliun per tahun karena total permintaan pasar hanya dapat dipenuhi 40 persen secara lokal.

Baca juga: Cara Aman Lintasi Medan Berat dengan Mobil CVT

"Kalau diurutkan bahan bakar fosil akan kembali dan diperbarui dalam ribuan tahun, lama sekali. Kita keburu kepanasan, sebelum diperbarui," kata akademisi dari ITB, Ronny Purwadi di Karawang, Jawa Barat, Kamis (5/9/2024).

Maka dari itu, agar gas rumah kaca bisa dikontrol untuk dapat mencapai target nol emisi di 35 tahun mendatang, penggunaan BBM perlu dibatasi. Apalagi, sumber utama BBM adalah minyak bumi.

"Guna menjaga stabilitas kebutuhan bahan bakar, maka harus ada energi baru yang siklusnya lebih cepat, yang kita kenal dengan energi baru terbarukan salah satunya bioetanol," ucap Ronny.

"Kita juga lihat bahwa energi terbarukan ini menggunakan sumber energi alternatif sehingga kita akan mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil penggunaan bahan bakar fosil ini akan berkurang," lanjut dia.

Sumber dari bahan energi baru terbarukan tersebut juga berasal dari sumber kekayaan alam Indonesia seperti tebu, gula, jagung, sampai limbah, dan lain sebagainya.

Baca juga: Yamaha Sebut Butuh Bertahun-tahun untuk Bisa Kompetitif Lagi

"Dengan kata lain kita memiliki ketahanan energi, tidak lagi diombang-ambingkan oleh negara-negara lain," ucap Ronny.

Namun, lanjutnya, pada 2023, bioetanol ini hanya terbatas di Jakarta dan Surabaya. Hal ini karena kebutuhan bensin masih ebih besar dibanding ketersediaan etanol.

Ronny merinci, kebutuhan bensin pada 2022 di Indonesia mencapai 29 juta kilo liter (kl). Sementara etanol yang dihasilkan selama periode tersebut, baru 34.500 kl.

"Oleh karenanya hal ini penting untuk didorong sebagai suatu ketahanan energi, menciptakan ekonomi sirkuler kepada masyarakat, sekaligus mencapai NZE," tutupnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Berikan Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Tips Puasa Anti Lemas! Ibu Hamil Bisa Ikutan Puasa Nggak Ya? | [FIT IN]
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi Akun
Proteksi akunmu dari aktivitas yang tidak kamu lakukan.
199920002001200220032004200520062007200820092010
Data akan digunakan untuk tujuan verifikasi sesuai Kebijakan Data Pribadi KG Media.
Verifikasi Akun Berhasil
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau