JAKARTA, KOMPAS.com - Persimpangan jalan kerap menjadi tempat kecelakaan kendaraan, lantaran masih banyak pengendara yang belum paham aturan ketika melintasinya.
Salah satunya seperti kejadian yang diunggah akun Twitter @otolasak. Dalam video tersebut terlihat terlihat Suzuki Ertiga yang hendak keluar dari gang menuju jalan utama.
Pada saat yang bersamaan, tampak Toyota Avanza melintas dari jalan utama. Sontak keduanya bersenggolan, hingga mengakibatkan bagian depan Ertiga penyok.
Unggahan ini pun menimbulkan ragam komentar. Tak sedikit dari mereka yang menyalahkan sopir Suzuki Ertiga karena dinilai kurang sabar.
Baca juga: Posisi Baterai Neta V-II Ada di Kolong Mobil, Aman dari Benturan?
“Pertigaan yg baru mau masuk jalan lurus itu harus awas akan blind spot.. ga boleh asal tancap gas.. kasih liat dulu moncong mobil/motor lu, biar yg lurus bisa ancang" rem atau klakson,” tulis komentar @Ra1Nawdir.
“Ertiga kurang berhati-hati. Kan masuk jalan utama. Kang parkir nahan kendaraan. Dia disitu karena sering macet yg diakibatkan pengemudi yang melintas di pertigaan itu kurang santun dalam berkendara dan tidak tertib dalam berlalu lintas,” tulis akun @Ian2023.
“Ertiga terlalu ceroboh. Ada atau tidak pak ogah, dg kondisi persimpangan serame itu harusnya sopir ertiga ttep mode waspada. Beda cerita klo pak ogahnya ada 2 org, pasti lebih kondusif soalnya,” tulis akun @varietaslokal.
Salah ertiga, avanza atau kang parkir ? pic.twitter.com/clclb8e1cy
— otolasak (@otolasak4) July 10, 2024
Training Director Safety Defensive Consultant Indonesia (SDCI) Sony Susmana mengatakan, etika yang benar ketika berada di persimpangan, pertama adalah perhatikan lajurnya.
Menurutnya, tidak dibenarkan memotong marka jalan, apalagi memotong kendaraan yang sudah ada di lajurnya.
“Kemudian kurangi kecepatan 100 meter sebelum persimpangan dan nyalakan lampu sein 50 meter. Setelah itu cover brake untuk antisipasi terhadap bahaya orang menyeberang dan perhatikan rambu-rambu,” kata dia.
Sony juga mengingatkan, bahwa jalan raya adalah milik bersama yang harus digunakan secara beretika.
“Jika lain kali bertemu pengemudi yang motong lajur, lebih baik kasih saja ruang demi keamanan dan terhindar dari konflik,” ucapnya.
Sementara itu, jika menilik kembali Undang Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (UU LLAJ) Pasal 113, cara dan etika berkendara ketika di persimpangan sudah jelas dipaparkan.
Sebagai contoh, ketika pengendara ingin keluar dari jalan yang lebih kecil daripada jalan utama dan berada di persimpangan yang tidak ada alat pemberi isyarat lalu lintas, maka utamakan lebih dahulu pengendara lain yang sudah lebih dahulu ada di jalan utama. Jangan langsung tancap gas dari gang atau jalan yang lebih kecil tersebut.
Untuk lebih jelasnya, berikut aturan lengkap mengenai berkendara pada persimpangan sebidang yang tidak dikendalikan dengan Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas menurut Pasal 113 ayat satu. Pengemudi wajib memberikan hak utama kepada: