Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Masyarakat Negara Maju Ingin Balik Pakai Mobil Konvensional

Kompas.com - 28/06/2024, 19:41 WIB
Gilang Satria,
Azwar Ferdian

Tim Redaksi

Sumber Motor1.com

JAKARTA, KOMPAS.com - Sejak beberapa tahun terakhir isu lingkungan jadi masalah utama di industri otomotif. Para pabrikan mobil kemudian mulai beralih ke teknologi mobil listrik.

Beberapa pabrikan bahkan sudah punya peta jalan untuk tidak lagi memproduksi mobil berbahan bakar minyak di masa depan, dan fokus pada mobil elektrifikasi yang dikliam ramah lingkungan.

Baca juga: BMW Motorrad Tidak Bikin Motor Listrik Lagi

Dilansir dari Motor1, penetrasi mobil listrik saat ini paling banyak dilakukan oleh negara-negara maju. Penetrasi paling massif ialah China, dan negara-negara barat seperti Amerika Serikat dan Eropa.

Mercedes-Benz EQS facelift 2024Foto: Paultan Mercedes-Benz EQS facelift 2024

Namun kini menurut studi minat konsumen berkurang. Hampir setengah dari pemilik mobil listrik di negara-negara maju bertendensi untuk beralih kembali ke mobil bahan bakar minyak.

Studi yang dilakukan oleh Mobility Consumer Pulse dari McKinsey & Co, mengungkapkan bahwa 46 persen pemilik mobil listrik di Amerika Serikat ingin kembali pakai mobil konvensional.

Konsumen mobil listrik di AS ingin beralih ke mobil bensin karena infrastruktur pengisian daya yang tidak memadai.

Baca juga: Nmax Turbo Punya Sensor Elektronik Tambahan, Aman Lewati Banjir?

BYD Sea Lion 07Carnewschina BYD Sea Lion 07

Padahal jaringan pengisian daya di AS terus berkembang. Pada Mei 2024, AS memiliki 183.000 pengisian daya listrik umum, tetapi rupanya hal itu masih belum cukup untuk masyarakat

Pada 2021 pemerintah AS mengalokasikan 5 miliar dollar dalam bentuk hibah untuk membangun pengisian daya cepat, tetapi peluncurannya memakan waktu lama karena banyaknya peraturan lokal.

Studi tersebut juga mengungkap bahwa 35 persen responden global mengatakan bahwa jaringan publik belum cukup baik. Kemudian 34 persen mengatakan bahwa biaya kepemilikan kendaraan listrik masih terlalu tinggi.

Baca juga: Viral Biaya Servis Lamborghini, Ganti Kampas Rem Tembus Rp 85 Juta

Aksi drift Hyundai Ioniq 5 N di sirkuit Proving Ground Hankok di Taean, Korsel.Hyundai - Korea Aksi drift Hyundai Ioniq 5 N di sirkuit Proving Ground Hankok di Taean, Korsel.

Alasan lain yaitu 24 persen konsumen tidak bisa mengisi daya di rumah. Kemudian 21 persen stres karena khawatir tentang pengisian daya.

Namun AS sebetulnya bukan negara yang paling tinggi dalam hal ketidakpuasan mobil listrik. Negara nomor satu ialah Australia yang 49 persen warganya mengaku ingin balik pakai mobil konvensional.

Bahkan di China sebanyak 26 persen penduduknya mengaku ingin pakai mobil biasa lagi. Menyusul sejumlah negara yaitu Jerman 24 persen, serta Norwegia, Perancis dan Italia sebesar 18 persen.

Studi negara yang ingin balik ke mobil biasa

  • Australia: 49 persen
  • United States: 46 persen
  • Brazil : 38 persen
  • China: 28 persen
  • Jerman: 24 persen
  • Norwedia: 18 persen
  • Perancis: 18 persen
  • Itali: 15 persen
  • Japan: 13 persen
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau