Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengemudikan Mobil Transmisi Manual di Tanjakan Butuh Skil Khusus

Kompas.com - 27/05/2024, 11:42 WIB
Erwin Setiawan,
Aditya Maulana

Tim Redaksi

SUKOHARJO, KOMPAS.com - Mobil transmisi manual banyak diandalkan untuk mobilitas sehari-hari. Meski butuh keahlian khusus dalam mengoperasikannya, sebagian orang justru lebih menyukainya.

Artinya, karakter mobil manual berpotensi lebih susah dioperasikan bagi orang yang belum terbiasa. Terlebih lagi bila dihadapkan dengan medan jalan menanjak.

Muchlis, Pemilik Bengkel Spesialis Toyota-Mitsubishi, Garasi Auto Service Sukoharjo mengatakan pengemudi harus piawai dalam memainkan pedal gas dan kopling saat mobil menanjak.

Baca juga: Beberapa Faktor yang Bisa Menyebabkan Truk Gagal Menanjak

Tanjakan Spongebob di Desa Pagerwangi, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat (KBB), Jawa Barat menjadi pilihan jalan alternatif ratusan kendaraan wisatawan untuk melangsungkan perjalanan arus balik menuju Kota Bandung, Senin (1/1/2024).Bagus Puji Panuntun Tanjakan Spongebob di Desa Pagerwangi, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat (KBB), Jawa Barat menjadi pilihan jalan alternatif ratusan kendaraan wisatawan untuk melangsungkan perjalanan arus balik menuju Kota Bandung, Senin (1/1/2024).

“Stop and go akan terasa lebih sulit dilalui menggunakan mobil manual bila pengemudi tidak terbiasa, pasalnya kondisi jalan datar dan menanjak membutuhkan penyesuaian dalam menginjak pedal gas dan kopling,” ucap Muchlis kepada Kompas.com, Minggu (26/5/2024).

Muchlis mengatakan semakin kompleksnya risiko gagal saat menanjak terkadang turut mempengaruhi mental pengemudi. Mental pengemudi cenderung gugup saat mobil mundur sehingga konsentrasinya terpecah.

“Bila pedal gas diinjak kurang dalam maka risikonya mesin mati saat pedal kopling mulai diangkat secara perlahan, akibatnya mobil bisa saja mundur, saat bersamaan pengemudi harus bisa mengerem dengan tepat,” ucap Muchlis.

Baca juga: Tak Kuat Menanjak, Truk Tanah Hantam Pos Polisi hingga Hancur

Jalur Ciawi-Tasikmalaya terus Tanjakan Gentong masih macet dan dipadati kendaraan sebelum diberlakukan one way oleh Kepolisian untuk mengurai kemacetan pemudik pada Sabtu (6/4/2024) sore.KOMPAS.COM/IRWAN NUGRAHA Jalur Ciawi-Tasikmalaya terus Tanjakan Gentong masih macet dan dipadati kendaraan sebelum diberlakukan one way oleh Kepolisian untuk mengurai kemacetan pemudik pada Sabtu (6/4/2024) sore.

Menurut Muchlis, bila pengemudi belum terbiasa dengan kondisi tersebut maka akan menjadi sangat sulit mengoperasikan mobil manual.

“Saat bersamaan ketika putaran mesin terlalu tinggi, dan memainkan setengah koplingnya terlalu lama maka kampas kopling berpotensi terbakar, sehingga kerusakan bisa terjadi, ini juga berpotensi gagal menanjak,” ucap Muchlis.

Lantas, seberapa besar pedal gas diinjak dan seberapa cepat pedal kopling dilepas lebih tepatnya, menurut Muchlis tidak bisa dipatok secara pasti melainkan harus melihat kondisinya.

Baca juga: Tak Kuat Menanjak, Bus Terguling di Malang, 5 Orang Luka Berat


“Tingkat kemiringan medan jalan, beban muatan mobil, tenaga mesin saling mempengaruhi, sebenarnya akan mudah bagi pengemudi yang terbiasa mengoperasikan mobil manual, karena mereka bisa merasakan pertautan koplingnya,” ucap Muchlis.

Menurut Muchlis pengemudi yang sudah terbiasa mengoperasikan mobil manual tahu kapan harus menambah injakan pedal gas, dan melepas injakan pedal kopling saat bersamaan agar mesin tidak mati.

“Mesin yang bermasalah juga bisa mempengaruhi, seperti pembakaran tidak sempurna maka akan membuat tenaga mesin kurang optimal, akibatnya akan lebih susah digunakan untuk menanjak,” ucap Muchlis.

Jadi, mobil manual terasa lebih susah dioperasikan saat stop and go di tanjakan karena memang butuh penyesuain dalam pengoperasiannya terlepas bila ada masalah pada mobil tersebut.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com