Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Indonesia Punya Potensi Jadi Pusat EV di ASEAN

Kompas.com - 02/08/2023, 09:12 WIB
Daafa Alhaqqy Muhammad,
Aditya Maulana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Perusahaan manajemen konsultansi otomotif global, Arthur D. Little (ADL), mengklaim jika Indonesia seharusnya mampu menjadi ‘raksasa’ yang menguasai pasar kendaraan listrik berbasis baterai (KLBB) di kawasan ASEAN.

Pernyataan tersebut dikeluarkan berdasarkan riset yang telah dilakukan ADL, sejak tahun 2019 hingga saat ini, dan dipaparkan dalam program ‘Indonesia’s EV Roundtable’ di Jakarta, Selasa (1/8/2023).

“Berdasarkan data riset yang kami lakukan secara global, Indonesia termasuk dalam kategori pasar EV dengan potensi perkembangan menjanjikan,” ujar Andreas Schlosser, Global Head of ADL Automotive Practice kepada Kompas.com.

Menurut pria yang pernah menjadi direksi Porsche itu, potensi pasar Indonesia jauh lebih besar dibandingkan India, dan sejajar dengan AS, Jepang, Thailand serta UEA.

Baca juga: Ini Perbedaan Ban Motor Listrik dan Motor Konvensional

Foto stok: Mobil listrik Hyundai Ioniq 5.KOMPAS.com/KRISTIANTO PURNOMO Foto stok: Mobil listrik Hyundai Ioniq 5.

“Kemudian jika dilihat dari potensi independensi infrastruktur, Indonesia terbilang sehat. Menimbang industri otomotif berkontribusi 19 persen terhadap PDB nasional,” ujarnya.

Andreas juga membagikan data lainnya berupa angka produksi mobil Indonesia yang menyentuh 1,5 juta unit pada 2022. Angka itu menjadikan Indonesia sebagai produsen otomotif tebesar ke-3 di tahun lalu.

Namun menurut dia, ada satu kendala utama yang dihadapi Indonesia dalam hal perkembangan industri KLBB, yakni adanya inklusivitas terhadap perusahaan otomotif asing lainnya.

Andreas menjelaskan, bicara soal kategori mobil listrik, baru ada dua merek yang saat ini mendominasi pasar, yakni Wuling dengan Air EV dan Hyundai Ioniq 5.

Baca juga: Insentif Motor Listrik, Alva Pilih Easy Financing buat Konsumen

All New Daihatsu AylaKompas.com All New Daihatsu Ayla

Kurangnya keseragaman tersebut membuat perkembangan KLBB di Indonesia terhambat. Selain itu, faktor harga juga menjadi persoalan yang kurang baik.

“Status mobil listrik termurah dipegang Wuling Air EV dengan harga Rp 243 juta, sementara mobil konvensional termurah adalah Daihatsu Ayla dengan harga 130 juta. Perlu diingat, (harga) inilah yang akan menentukan minat masyarakat,” ucap dia.

Menurutnya, ada dua poin yang harus terlebih dahulu dibenahi Indonesia, yakni menghilangkan inklusivitas dan memunculkan kompetisi antar produsen, serta menekan harga kendaraan listrik.

“Untuk mendukung transisi EV, Indonesia perlu melakukan diversifikasi dengan menjajaki OEM dan perusahaan asal China dan India, yang lebih aktif di pasar EV,” kata dia

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau