Sebelumnya, LG juga sudah menggandeng perusahaan dalam negeri, PT HKML Battery Indonesia untuk pembangunan pabrik industri baterai kendaraan listrik di Karawang, Jawa Barat, pada akhir tahun 2021 lalu.
Baca juga: Hyundai Bakal Produksi Baterai Pack di Indonesia
Pembangunan ditargetkan bisa selesai pada semester pertma 2023 dengan nilai investasi 1,1 miliar dollar AS. Dengan ini maka Indonesia menjadi lebih dekat untuk masuk ke rantai pasok global kendaraan listrik yang penting.
"Hilirisasi industri nikel ini akan meningkatkan nilai tambah bijih nikel. Jika diolah dengan sel baterai, nilainya akan meningkat 6-7 kali lipat, dan jika diolah jadi mobil listrik, maka nilai tambahnya akan meningkat 11 kali lipat," lanjutnya.
Pada penghujung tahun 2022, Hyundai Motor Corporation juga mengungkapkan akan memproduksi baterai pack di Tanah Air melalui anak usaha Hyundai Energy Indonesia pada semester kedua tahun 2024.
Kehadiran fasilitas ini bertujuan untuk melengkapi infrastruktur dalam mendorong era elektrifikasi Indonesia sebagai pusat kendaraan listrik di ASEAN.
Baca juga: Produksi Baterai Lokal, Inden Hyundai Ioniq 5 Bisa Lebih Cepat
Seiring dengan kepastian kehadiran pabrik baterai sebagai komponen utama pada mobil listrik, Hyundai pun meremajakan fasilitas pabriknya yang berada di kawasan Karawang, Jawa Barat untuk bisa memproduksi mobil listrik lebih banyak.
Di bawah naungan PT Hyundai Motor Manufacturing Indonesia (HMMI), pada tahap awal yaitu tahun 2022, kapasitas produksi mobil listrik murni alias battery electric vehicle (BEV) Ioniq 5 sebanyak 1.500 unit. Tapi sayangnya, kapasitas terkait belum mampu mencapai permintaan pasar sehingga inden mengular.
"Di tahun 2023, pasokan Ioniq 5 akan ditingkatkan secara signifikan dibandingkan tahun 2022 melalui penyesuaian produksi global," kata pihak Manajemen Hyundai Motor Group kepada Kompas.com, Kamis (22/12/2022).
Menyusul kemudian, pabrikan otomotif asal China, PT SGMW Motor Indonesia (Wuling Motors) mulai memproduksi mobil berteknologi serupa yaitu Air EV di Cikarang, Bekasi, Jawa Barat.
Dengan harga jual Rp 300 jutaan, tidak butuh waktu lama untuk kendaraan roda empat listrik berbasis baterai ini menjadi mobil listrik terlaris di pasar Indonesia.
Baca juga: Kesalahan yang Sering Dilakukan Pengemudi Mobil Matik di Jalan Menanjak
Jepang Mulai dari Hybrid
Berbeda dengan Korea Selatan maupun China, perusahaan otomotif dari Jepang secara kompak memulai strategi kendaraan listrik dari mobil hybrid dahulu. Strategi ini dilakukan supaya langkah menuju era elektrifikasi di Indonesia bisa optimal.
Mengingat penerapan mobil listrik murni butuh beberapa penyesuaian dan infrastruktur pendukung berupa charging station. Belum lagi, harga baterai masih mahal karena saat ini belum ada pabrik yang bisa memproduksinya langsung di Indonesia.
Adapun sampai penghujung 2022, terdapat Rp 45,6 triliun komitmen baru yang diperoleh dari Indonesia dari sejumlah pabrikan mobil asal Jepang. Kucuran dana tersebut berhasil dikantongi usai Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita melakukan kunjungan kerja ke sana.
Lebih rinci, komitmen sebesar Rp 11,2 triliun datang dari Mitsubishi Motors dengan jangka waktu sampai akhir 2025. Dana ini digunakan untuk pengembangan model baru, penetrasi pasar, serta elektrifikasi.
Baca juga: Instruksi Jokowi Soal Mobil Dinas Pemerintah Harus Listrik, Bisa Sewa