JAKARTA, KOMPAS.com - Mengemudikan mobil di tanjakan menjadi salah satu tantangan bagi pengemudi, terutama bagi mereka yang pemula.
Hal ini tak hanya berlaku bagi mobil manual, tetapi juga untuk pengguna mobil bertransmisi otomatis.
Bahkan tak sedikit dari mereka yang meragukan kemampuan mobil matik saat melahap tanjakan. Padahal mobil matik punya kemampuan yang sama dengan mobil transmisi manual.
Baca juga: Mobil Listrik yang Meluncur di Indonesia Selama 2022, Wuling Air EV Termurah
Menurut pemilik bengkel spesialis Worner Matic Hermas Efendi Prabowo, ada beberapa kesalahan yang sering dilakukan pengguna mobil matik saat melewati tanjakan.
Salah satu yang paling umum adalah pengendara tidak menurunkan ke gigi yang lebih rendah atau membiarkan tuas transmisi di posisi D.
“Saat melewati tanjakan curam, tuas transmisi bisa dipindah ke L atau D1. Tujuannya agar mesin mendapat torsi maksimum saat menanjak,” kata Hermas.
Sebab, kata Hermas, dengan membiarkan transmisi di posisi D, akan membuat mesin kehilangan momentum.
“Ketika putaran mesin naik, transmisi akan melakukan perpindahan gigi. Padahal trek belum usai, alhasil mobil kehilangan momentum saat berada di tengah-tengah tanjakan,” ucapnya.
Selain itu, tak sedikit pengendara yang menahan atau menggantung pedal gas saat berhenti di tanjakan. Hal ini justru bisa menyebabkan kerusakan transmisi matik secara permanen.
Karena transmisi dipaksa bergerak dalam kondisi bobot dan gerak mobil yang mengarah ke belakang saat menanjak.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.