JAKARTA, KOMPAS.com - Menggunakan kendaraan listrik sangat berbeda dengan kendaraan bermesin konvensional. Kondisi baterai wajib diperhatikan, jangan nekat sampai digunakan sampai habis total atau hingga nol persen.
Pada kendaraan bermesin pembakaran internal, mungkin kondisi bahan bakar yang habis tidak terlalu berdampak buruk pada mesin. Saat diisi bahan bakar lagi, kendaraan tersebut akan kembali bekerja dengan normal.
Baca juga: Cegah Limbah, Ini Ide Pemanfaatan Baterai Kendaraan Listrik Bekas
Berbeda dengan kendaraan listrik jika baterainya dipakai sampai habis atau nol persen. Kondisi tersebut dapat berdampak buruk pada baterai.
Ahli Teknik Ketenagalistrikan Institut Teknologi Bandung (ITB) Agus Purwadi mengatakan, daerah operasi aman baterai lithium-ion adalah dijaga tidak boleh discharge sampai nol.
"Minimal antara 10 persen hingga 15 persen dan maksimal charge sekitar 90 persen hingga 95 persen. Tugas itu yang mengatur adalah Battery Management System (BMS)," ujar Agus, saat dihubungi Kompas.com, belum lama ini.
Baca juga: Belum Ada Sistem Swap Baterai untuk Mobil Listrik di Indonesia
Agus menambahkan, saat panel meter menampilkan nol persen hingga 100 persen, itu setara aslinya dengan kondisi baterai 10 persen hingga 95 persen, agar masih dalam rentang safety margin.
"Kalau sampai nol persen (deep of discharge), maka lifetime akan turun drastis dan dicas tidak bisa pulih lagi 100 persen," kata Agus.
"Jadi, dari kapasitas penuh, yang bisa dipakai dengan aman antara 10 persen hingga 90 persen atau total 80 persen kapasitas rated-nya," ujarnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.