Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Korelasi Sensor Udara Kotor Bisa Bikin Boros BBM

Kompas.com - 17/09/2022, 09:22 WIB
Erwin Setiawan,
Agung Kurniawan

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Kenaikan harga BBM akhir-akhir ini membuat sebagian orang lebih perhitungan terhadap konsumsi bahan bakar suatu mobil untuk menempuh jarak tertentu.

Jika biasanya mobil yang dikendarai bisa menempuh jarak 12 Kilometer setiap satu liter bensin, tapi saat ini satu liter hanya bisa menempuh 10 Kilometer, maka fenomena tersebut merupakan pemborosan BBM.

Salah satu anggapan yang beredar di masyarakat borosnya konsumsi BBM bisa dipicu oleh sensor udara yang kotor. Lantas, benarkah anggapan tersebut?

Baca juga: Apa Itu Sensor MAF pada Mesin Mobil dan Fungsinya?

Mesin Toyota Rush GR SportKompas.com/Donny Mesin Toyota Rush GR Sport

Foreman Nissan Bintaro Ibrohim mengatakan, sensor udara yang kotor tidak hanya bisa membuat konsumsi bahan bakar menjadi lebih boros, tapi juga menyebabkan mogok jika kotornya terlalu parah.

“Bisa saja, jika kotornya (sensor udara) itu parah malah bisa bikin mesin mobil susah hidup, karena pada prinsipnya sensor udara bertugas membaca jumlah udara yang masuk, bisa berdasarkan alirannya atau tekanan udaranya, tergantung jenis sensornya,” ucap Ibrohim kepada Kompas.com, Sabtu (17/9/2022).

Dia mengatakan kotoran bisa membuat sensor udara terganggu dalam membaca banyaknya udara yang masuk ke ruang bakar, hal itu berakibat angka yang dilaporkan ke ECU tidak sesuai.

Baca juga: Mitos atau Fakta, Melepas Filter Udara Bikin Mesin Mobil Makin Garang?

Mesin Suzuki IgnisKompas.com Mesin Suzuki Ignis

“Jika sensor udara sudah kacau, ECU akan mendapatkan laporan jumlah udara yang tidak akurat, padahal penentuan banyaknya bahan bakar salah satunya dari laporan sensor udara tersebut,” ucap Ibrohim.

Sehingga, rasio udara dan bahan bakar menjadi tidak ideal, tidak sesuai dengan kebutuhan mesin, hal itu lah yang menurut Ibrohim bisa membuat konsumsi bahan bakar menjadi lebih boros.

“Untuk pembersihan sensor udara harus menggunakan cairan pembersih khusus untuk sensor, karena sensor udara termasuk sensor yang sensitif, terdiri dari rangkaian resistor, cara pembersihannya pun tidak boleh asal-asalan,” ucap Ibrohim.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau