Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Alasan Penjualan Motor Listrik di Indonesia Masih Jauh dari Laris

Kompas.com - 16/09/2022, 09:02 WIB
Dio Dananjaya,
Agung Kurniawan

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com – Tren sepeda motor listrik tengah mengalami peningkatan dalam beberapa tahun terakhir, salahh satunya dipicu kenaikan harga BBM. Meski begitu, penjualan motor listrik di Tanah Air masih terbilang jauh dari kata laris kalau dibandingkan penjualan motor dengan mesin bakar intenal.

Dilansir data AISI, dalam lima tahun terakhir penjualan motor rata-rata berada di angka 5.494.960 unit. Capaian tertinggi terjadi pada 2019, ketika itu penjualan motor tembus 6.487.460 unit. Sedangkan perolehan terendah terjadi pada 2020 sebanyak 3.660.616 unit.

Adapun populasi motor listrik berdasarkan catatan AISI, sampai dengan Juli 2022 sekitar 19.024 unit. Atau cuma 0,34 persen dari rata-rata penjualan motor dalam lima tahun terakhir.

Baca juga: Spesifikasi Wuling Air ev, Mobil Listrik Mungil Harga Rp 200 Jutaan

Motor listrik Gesits G1 dipamerkan di ajang Periklindo Electric Vehicle Show (PEVS) 2022 di JI Expo Kemayoran, Jakarta, Kamis (28/7/2022). Gesits G1 memiliki fitur unggulan salah satunya adalah fitur peta digital yang bisa dinikmati pemilik kendaraan melalui panel indikator. Sehingga, pemilik tidak perlu repot memakai telepon genggam untuk memakai peta selama berkendara.KOMPAS.com/KRISTIANTO PURNOMO Motor listrik Gesits G1 dipamerkan di ajang Periklindo Electric Vehicle Show (PEVS) 2022 di JI Expo Kemayoran, Jakarta, Kamis (28/7/2022). Gesits G1 memiliki fitur unggulan salah satunya adalah fitur peta digital yang bisa dinikmati pemilik kendaraan melalui panel indikator. Sehingga, pemilik tidak perlu repot memakai telepon genggam untuk memakai peta selama berkendara.

Sekretaris Jenderal AISI Hari Budianto mengatakan, penjualan sepeda motor listrik di Indonesia terbilang kecil, meski sudah banyak merek yang meluncurkan model motor listriknya di Tanah Air.

Menurut Hari, permasalahan pertama ada pada insentif yang diberikan oleh pemerintah. Berbeda dengan di luar negeri, di Indonesia insentif yang diberikan hanya untuk biaya pajak kendaraannya saja.

"Untuk memproduksi gampang, tapi menjualnya tidak gampang,” ujar Hari, dalam webinar yang digelar pada Kamis (15/9/2022).

Baca juga: Daftar Harga Mobil Listrik di Indonesia, Mulai Rp 200 Jutaan

“Di luar negeri, itu kan ada subsidinya, kepada produsennya dan juga kepada konsumennya. Di Indonesia, untuk konsumen, itu paling STNK-nya dimurahin 10 persen dari pada motor bakar (ICE)," kata dia.

Kemudian, faktor lain yang membuat motor listrik mahal adalah harga baterai yang masih tinggi. Hari berujar, harga baterai ini berkontribusi 40 persen terhadap total harga jual motor listrik.

"Baterai ini menentukan, jadi berat dan jadi mahal, karena harga baterai itu kurang lebih di angka 300 dolar AS per kWh,” ucap Hari.

Baca juga: Catat, Penghapusan Denda Bukan Berarti Bebas Bayar Pajak Kendaraan

Gogoro skuter listrik dan swap-station miliknya.Nikkei Gogoro skuter listrik dan swap-station miliknya.

“Saya punya motor listrik baterainya 1,2 kWh, itu kalau dirupiahkan, 1,2 dikali 300 dolar AS itu kira-kira masih Rp 6-7 jutaan dan jarak tempuhnya masih 50 Km sampai 60 Km," ujar dia.

Hari menambahkan, permasalahan jarak tempuh turut menjadi salah satu alasan konsumen Indonesia masih belum berniat membeli sepeda motor listrik.

Namun demikian, ia mengatakan, pemasalahan tersebut merupakan proses adaptasi pasar terhadap motor listrik.

Selain jarak tempuh, konsumen juga menunggu harga baterai menjadi murah, serta adanya sistem baterai swap yang bisa disewakan, dan termasuk infrastruktur pendukung lainnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau