Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bahaya, Jangan Mengemudi dalam Kondisi Mengantuk

Kompas.com - 21/04/2022, 09:12 WIB
Serafina Ophelia,
Aditya Maulana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Kecelakaan yang terjadi akibat pengemudi mengantuk sudah sering terjadi dan kerap memakan korban jiwa.

Belum lama  ini terjadi kembali kecelakaan akibat sopir mobil Fortuner mengantuk, di Desa Pancasila, Kecamatan Pamona Timur, Kabupaten Poso, Selasa (19/4/2022).

Akibatnya, dua orang yang ditabrak mobil Fortuner tersebut tewas. Satu orang meninggal di tempat kejadian, sementara lainnya meninggal beberapa jam setelah menjalani perawatan di RSUD Kabupaten Poso.

"Korban tabrak seorang pengendara perempuan dan pekerja jalan meninggal dunia. Akibat kejadian itu, massa yang marah membakar mobil Fortuner tersebut. Untuk sopir dan keluarganya berhasil diamankan dan selamat dari amukan massa," ucap Kapolsek Pamona Timur Iptu Jufri Lawendatu, seperti dikutip Kompas Regional, Rabu (20/4/2022).

Baca juga: Belajar dari Kecelakaan Grup Musik Debu, Mengemudi Harus Ada Istirahat

Berdasarkan hasil pemeriksaan sementara, Jufri mengatakan bahwa sopir mobil tersebut mengantuk dan tertidur sehingga terjadi kecelakaan.

Mengemudi saat mengantuk atau keadaan lelah sangat berbahaya, baik bagi pengemudi maupun pengguna jalan lainnya. Saat sudah mengantuk, tidak ada opsi lain yang aman selain beristirahat sejenak, khususnya jika sudah berkendara dalam durasi melebihi tiga jam.

"Microsleep, atau ngantuk, atau lelah, sebenarnya obatnya hanya tidur ya. Memang banyak sekali kita melewati atau melakukan perjalanan jauh ini tidak melakukan aktivitas istirahat secara berkala. Padahal, itu penting mengemudi maksimal kemudian diselingi dengan istirahat," ucap Sony kepada Kompas.com, beberapa waktu lalu.

Baca juga: ETLE di Jalan Tol Tetap Berlaku Selama Mudik 2022, Catat Lokasinya

Sony menjelaskan, saat beristirahat penting bagi pengemudi untuk membuat saraf, otak dan otot terangsang. Misalnya, dengan berbincang, meminum kopi dan melakukan peregangan.

Menyiasati dengan mendengarkan musik, minum stimulan atau merokok sambil berkendara sebenarnya tidak efektif. Menurut Sony, walaupun secara fisik mungkin pengemudi tidak merasa mengantuk, otaknya yang akan "tertidur".

"Menurut saya enggak aman, enggak boleh. Dia harus segera atur, di mana dia harus segera berhenti. Mengemudi maksimal tiga jam, lakukan perenggangan terhadap otot, saraf dan otak," ucap Sony.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Berikan Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
[FULL] Kapolri soal Pantauan Arus Mudik Lebaran 2025: Fatalitas dan Keamanan Lebih Baik dari Tahun
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi Akun
Proteksi akunmu dari aktivitas yang tidak kamu lakukan.
199920002001200220032004200520062007200820092010
Data akan digunakan untuk tujuan verifikasi sesuai Kebijakan Data Pribadi KG Media.
Verifikasi Akun Berhasil
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau