JAKARTA, KOMPAS.com – Kedatangan era kendaraan elektrifikasi sudah memasuki Indonesia. Saat ini mungkin kerap ditemui mobil dan motor dengan penggerak motor listrik berbasis baterai di jalanan.
Selain mobil dan motor, era elektrifikasi juga mulai merambah kendaraan niaga seperti bus listrik. Bisa dilihat PT TransJakarta beberapa waktu lalu kerap melakukan uji coba bus listrik sambil membawa penumpang.
Salah satu industri yang turut menyambut era bus listrik adalah karoseri pembuat bodi bus. Pada acara Webinar Busworld keenam yang diadakan secara online, Rabu (19/1/2022) hadir karoseri pembuat bodi yakni Laksana yang menjabarkan tantangan memasuki elektrifikasi.
Baca juga: Transjakarta Siap Operasikan 30 Unit Bus Listrik pada Awal 2022
Stefan Arman, Technical Director CV Laksana mengatakan, ada dua tantangan utama pembuat bodi bus saat memasuki era elektrifikasi. Pertama adalah membuat bodi bus dengan bobot yang jauh lebih ringan dan tahan lama dengan biaya perawatan rendah.
“Bobot bus sangat krusial, mengingat sasis bus listrik umumnya lebih berat 2 ton sampai 3 ton dari sasis bus bermesin diesel,” ucap Stefan pada acara tersebut, Rabu (19/1/2022).
Oleh karena itu, bodi bus listrik harus dibuat lebih ringan, sehingga berat totalnya masih sesuai dengan regulasi yang berlaku. Pihak operator juga pasti menginginkan bus listrik bisa membawa penumpang yang sama banyaknya tanpa menambah bobot total bus.
Baca juga: Mengetahui Fungsi Penting Overdrive di Tuas Transmisi Mobil Matik
Kemudian, bodi bus juga harus tahan lama dengan biaya perawatan seminimal mungkin. Hal ini dikarenakan sasis bus listrik tentu harganya lebih mahal dibanding diesel, jadi harus punya life cycle yang lebih panjang.
Karoseri Laksana sejak 2019 sudah memproduksi bodi bus perkotaan dengan bahan stainless steel. Bodi baru ini punya beban yang lebih ringan 500 kg dibanding rangka dari besi dan 300 kg jika dibandingkan rangka aluminium.
“2021, Karoseri Laksana mengembangkan bodi bus listrik bekerja sama dengan BYD dan Bakrie Autoparts. Bus ini menggunakan rangka stainless steel ditambah panel interior dan eksterior yang memakai bahan lebih ringan,” ucapnya.
Stefan mengatakan, pada bodi yang dibuat untuk bus listrik ini punya beban 1,3 ton lebih ringan dibanding bodi biasa untuk bus perkotaan. Selain itu, soal keselamatan juga tidak lupa untuk disematkan pada bodinya.
“Karena ini bus listrik, kami lebih memerhatikan pada sistem kelistrikan. Kami bekerja sama dengan KNKT, Kementerian Perhubungan dan operator untuk membahas sistem kelistrikan bus listrik,” ucap Stefan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.