Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Video Ban Botak Diukir Ulang, Produsen Sebut Sangat Berbahaya

Kompas.com - 12/01/2022, 09:02 WIB
Gilang Satria,
Agung Kurniawan

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Tayang di media sosial memperlihatkan video rekaman ban sepeda motor yang sudah botak kemudian kembangan atau bagian tapaknya diukir lagi sehingga tampak seperti baru.

Dalam video yang diunggah akun Instagram Otomotif Weekly, diduga hal itu dilakukan untuk memperpanjang masa pakai ban yang sebetulnya sudah habis.

Baca juga: Punya Rencana Beli Mobil, Lakukan Ini Saat Test Drive

Dodiyanto, Senior Brand Executive & Product Development PT Gajah Tunggal Tbk, produsen IRC Tire, cara yang disebut re-treading atau re-grouping itu sangat berbahaya.

 

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by Tabloid OTOMOTIF (@otomotifweekly)

"Itu tidak boleh itu, sebab itu kan sudah dipakai sehari-hari. Batas aman ban ialah TWI. Saat ban sudah botak di re-grouping lagi sangat berbahaya," kata Dodi kepada Kompas.com, Selasa (11/1/2022).

Alasannya kata Dodi, ban botak menandakan bahwa kompon sudah habis. Saat tapaknya diukir ulang artinya kompon dan lapisan benang di dalam ban jadi sangat dekat.

Baca juga: Sering Parkir Mobil di Bawah Sinar Matahari, Ini Efek Buruknya

"Jadi (jarak kompon) dan benang ply sangat tipis itu. Dikhawatirkan saat kena benda tajam ban bisa langsung drop (kempis) begitu," ungkap Dodi.

 

Tread Wear Indicator (TWI) pada ban motorDok. DAM Tread Wear Indicator (TWI) pada ban motor

Selain faktor keamanan dan kekuatan ban, Dodi mengatakan, daya cengkeram ban botak yang diukir ulang sudah pasti berbeda dengan ban baru atau yang TWI-nya masih dalam standar aman.

"Sudah pasti beda. Karena konstruksi ban itu terdiri dari beberapa lapisan, dan di bagian akhir ada tread atau kompon itu. Tapi dengan tebal sedemikian rupa untuk menopang group itu tidak kuat," katanya.

"Ban itu sudah melewati batas TWI, terus kemudian di-grouping lagi maka sangat berbahaya. Menurut kami sangat berbahaya, dilarang," ungkap Dodi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau