Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dampak Motuba Bila Dipaksa Tenggak BBM Oktan Tinggi

Kompas.com - 28/12/2021, 10:02 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - PT Pertamina berencana menghapus bahan bakar minyak (BBM) beroktan rendah seperti Premium (RON 88) dan Pertalite (RON 90) secara bertahap, mulai 2022.

Langkah tersebut merupakan simplifikasi varian produk dan sesuai dengan Peraturan Menteri Kehutanan dan Lingkungan Hidup (KLHK) Nomor P.20/Menlhk/Setjen/Kum.1/3/2017 yang mengatur soal baku mutu emisi gas buang kendaraan bermotor tipe baru untuk kendaraan bermotor roda empat atau lebih.

Jika wacana ini direalisasikan, seluruh pemilik kendaraan harus melakukan peralihan jenis BBM untuk mendukung mobil pribadinya, seperti Pertamax (92) dan Pertamax Turbo (98).

Baca juga: Mitsubishi Siap Luncurkan Mobil Listrik Baru pada 2022

Ilustrasi mobil mengisi BBM di SPBU PertaminaDok. Pertamina Ilustrasi mobil mengisi BBM di SPBU Pertamina

Namun, apakah mesin mobil tua (produksi lawas) yang biasanya berbahan bakar jenis Premium atau Pertalite tidak akan mengalami gangguan jika diganti BBM dengan oktan lebih tinggi?

Head Product Improvement/EDER Dept Technical Service Division PT Astra Daihatsu Motor (ADM) Bambang Supriadi mengatakan, mesin mobil lawas berkompresi rendah akan terdampak jika dipaksa menggunakan bensin oktan tinggi.

Sebab, kata dia, ada sisa bahan bakar yang tidak terbakar dengan sempura, yang kemudian mengendap dan menjadi kerak karbon di ruang pembakaran akibat rasio kompresi tidak sesuai.

“Misalnya kendaraan dengan rasio kompresi 1:10 ke atas paling efektif memakai BBM RON di atas 90,” kata Bambang kepada Kompas.com belum lama ini.

Baca juga: Ini Warna Favorit Konsumen Mobil Toyota

Salah satu SPBU di Sorong, Papua Barat. DOK. Pertamina Salah satu SPBU di Sorong, Papua Barat.

Meski demikian, ada hal yang bisa dilakukan untuk mengatasi dampak penggunaan bensin beroktan tinggi pada mesin motuba.

“Untuk kendaraan lawas bisa dilakukan setel ulang timing pengapian (menyesuaikan dengan BBM) dan menjaga kebersihan ruang bahan bakar,” ucapnya.

Hal serupa dikatakan Kepala Bengkel Auto2000 Cilandak Suparna yang mengatakan, bahwa penggunaan bensin paling bagus adalah yang sesuai dengan rekomendasi dari pabrikan, tidak terlalu rendah dan juga tidak terlalu tinggi.

Menggunakan bensin dengan oktan yang lebih tinggi dari yang seharusnya juga akan membuat pembakaran mesin menjadi tidak sempurna.

Baca juga: Polda Metro Jaya Siapkan Aturan Pengamanan Lalin di Malam Tahun Baru

“Hal ini karena BBM dengan oktan tinggi proses terbakarnya juga lebih lama. Misalnya, harusnya BBM sudah terbakar maksimal 5 derajat setelah TMA tapi ini belum terbakar,” kata dia.

"Kompresinya jangan lebih rendah atau tinggi dari rekomendasi pabrik karena akan ada efeknya untuk mesin,” ucap Suparna.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Video rekomendasi
Video lainnya


Rekomendasi untuk anda
27th

Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!

Syarat & Ketentuan
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.

Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com