JAKARTA, KOMPAS.com - PT Pertamina berencana menghapus bahan bakar minyak (BBM) beroktan rendah seperti Premium (RON 88) dan Pertalite (RON 90) secara bertahap, mulai 2022.
Langkah tersebut merupakan simplifikasi varian produk dan sesuai dengan Peraturan Menteri Kehutanan dan Lingkungan Hidup (KLHK) Nomor P.20/Menlhk/Setjen/Kum.1/3/2017 yang mengatur soal baku mutu emisi gas buang kendaraan bermotor tipe baru untuk kendaraan bermotor roda empat atau lebih.
Jika wacana ini direalisasikan, seluruh pemilik kendaraan harus melakukan peralihan jenis BBM untuk mendukung mobil pribadinya, seperti Pertamax (92) dan Pertamax Turbo (98).
Namun, apakah mesin mobil tua (produksi lawas) yang biasanya berbahan bakar jenis Premium atau Pertalite tidak akan mengalami gangguan jika diganti BBM dengan oktan lebih tinggi?
Head Product Improvement/EDER Dept Technical Service Division PT Astra Daihatsu Motor (ADM) Bambang Supriadi mengatakan, mesin mobil lawas berkompresi rendah akan terdampak jika dipaksa menggunakan bensin oktan tinggi.
Sebab, kata dia, ada sisa bahan bakar yang tidak terbakar dengan sempura, yang kemudian mengendap dan menjadi kerak karbon di ruang pembakaran akibat rasio kompresi tidak sesuai.
“Misalnya kendaraan dengan rasio kompresi 1:10 ke atas paling efektif memakai BBM RON di atas 90,” kata Bambang kepada Kompas.com belum lama ini.
Meski demikian, ada hal yang bisa dilakukan untuk mengatasi dampak penggunaan bensin beroktan tinggi pada mesin motuba.
“Untuk kendaraan lawas bisa dilakukan setel ulang timing pengapian (menyesuaikan dengan BBM) dan menjaga kebersihan ruang bahan bakar,” ucapnya.
Hal serupa dikatakan Kepala Bengkel Auto2000 Cilandak Suparna yang mengatakan, bahwa penggunaan bensin paling bagus adalah yang sesuai dengan rekomendasi dari pabrikan, tidak terlalu rendah dan juga tidak terlalu tinggi.
Menggunakan bensin dengan oktan yang lebih tinggi dari yang seharusnya juga akan membuat pembakaran mesin menjadi tidak sempurna.
“Hal ini karena BBM dengan oktan tinggi proses terbakarnya juga lebih lama. Misalnya, harusnya BBM sudah terbakar maksimal 5 derajat setelah TMA tapi ini belum terbakar,” kata dia.
"Kompresinya jangan lebih rendah atau tinggi dari rekomendasi pabrik karena akan ada efeknya untuk mesin,” ucap Suparna.
https://otomotif.kompas.com/read/2021/12/28/100200815/dampak-motuba-bila-dipaksa-tenggak-bbm-oktan-tinggi