BrandzView
Konten ini merupakan kerja sama Kompas.com dengan Hyundai

Hyundai dan Visi untuk Wujudkan Dunia Tanpa Emisi

Kompas.com - 24/11/2021, 19:32 WIB
Erlangga Satya Darmawan,
Agung Dwi E

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Dalam satu dasawarsa terakhir, perubahan iklim menunjukkan kondisi yang cukup ekstrem. Mengutip laporan National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA) dan National Aeronautics and Space Administration (NASA) pada 2020, periode 2010-2019 merupakan dasawarsa terpanas sejak perubahan iklim tercatat 140 tahun lalu.

Masih dari laporan itu, rerata kenaikan suhu global dalam satu dasawarsa terakhir sekitar 1 derajat Celcius jkka dibandingkan kenaikan pada periode 1950-1980.

Melansir pemberitaan straitstimes.com, Senin (25/7/2021), Panel Iklim Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) atau IPCC memprediksikan bahwa bumi akan terus mengalami pemanasan global bila tidak ada upaya mitigasi bersama.

Bahkan, menurut prediksi Kantor Meteorologi Inggris (UK Met Office), suhu bumi diprediksi meningkat 1,5 derajat Celcius pada 2025 dibandingkan masa sebelum industri atau 1850.

Ini berarti, ambang batas kenaikan suhu global yang telah disepakati pada Paris Agreement 2015 tinggal menghitung waktu.

Dihimpun dari berbagai laporan, pemanasan global disebabkan oleh emisi gas rumah kaca (GRK), seperti karbon dioksida, yang berasal dari pembakaran bahan bakar fosil.

Sebanyak 70 persen GRK berasal dari pelaku industri dan 25 persen di antaranya berasal dari sektor transportasi.

Oleh karena itu, IPCC menyerukan semua pihak, termasuk pelaku industri, untuk menghentikan penggunaan batu bara dan bahan bakar fosil sebagai sumber energi. Sebagai gantinya, energi baru terbarukan (EBT) bisa dimanfaatkan untuk keperluan industri.

Pada sektor transportasi atau otomotif, misalnya, listrik dan sel hidrogen bisa digunakan sebagai sumber energi pengganti bahan bakar fosil. Penggunaan kedua sumber energi itu mampu mereduksi jejak emisi karbon.

Dengan demikian, emisi GRK dapat diturunkan seiring waktu dan perkembangan teknologi.

Peran industri otomotif

Seperti yang telah disinggung, 25 persen emisi karbon disumbang oleh industri otomotif atau transportasi. Komitmen sektor ini untuk bertransformasi ke penggunaan EBT menjadi hal penting dalam memerangi pemanasan global.

Sebagai salah satu perusahaan otomotif global, Hyundai Motor Company sudah mempersiapkan ragam inisiatif dan inovasi teknologi untuk mengurangi jejak karbon agar pemanasan global bisa ditekan.

Pada World Economic Forum yang diadakan di Davos, Swiss, awal 2017, contohnya, Hyundai bersama dengan 12 perusahaan internasional lain sepakat untuk membuat dewan yang menginisiasi penggunaan hidrogen sebagai bahan bakar ramah lingkungan.

Hyundai Nexo yang berbahan bakar hidrogenDok. Hyundai Hyundai Nexo yang berbahan bakar hidrogen

Dewan Hidrogen dibentuk untuk menindaklanjuti Paris Agreement 2015 agar perubahan suhu bumi tak melebihi 1,5 derajat Celcius.

Selain inisiatif Dewan Hidrogen, Hyundai juga telah mengembangkan kendaraan Tucson fuel cell electric vehicle (FCEV) ix35 Fuel Cell pada 2013, dua tahun sebelum Paris Agreement ditetapkan.

FCEV sendiri adalah kendaraan bebas polusi bertenaga listrik yang dihasilkan oleh hidrogen bertekanan tinggi. Sel hidrogen ini disimpan di dalam kendaraan.

Kemudian, pada 2018, Hyundai kembali meluncurkan kendaraan berbahan bakar hidrogen berjenis sport utility vehicle (SUV), NEXO.

Keseriusan Hyundai tak berhenti sampai di situ. Produsen kendaraan asal Korea Selatan itu juga tengah mengembangkan truk bermuatan besar dengan tenaga hidrogen pertama di dunia, yaitu XCIENT Fuel Cell. Truk ini rencananya akan dirilis pada 2023.

Pada perhelatan Hydrogen Wave yang berlangsung pada September 2021, Hyundai secara resmi mengumumkan visi terbaru mereka, yakni Hydrogen Vision 2040.

Visi tersebut bertujuan untuk mendorong penggunaan hidrogen pada masyarakat seluruh dunia pada 2040.

Chairman Hyundai Group Euisun Chung mengatakan, pihaknya akan menerapkan sistem sel bahan bakar hidrogen ke bidang yang lebih luas di luar transportasi, mulai dari aktivitas harian hingga pembangunan infrastruktur.

“Visi Hyundai Motor Group adalah mengaplikasikan energi hidrogen ke seluruh sendi aktivitas dan industri, seperti di rumah, tempat kerja, dan pabrik. Tujuannya, membuat hidrogen bisa digunakan oleh semua orang,” tutur Chung seperti dikutip dari laman resmi Hyundai Motor Company, Selasa (7/9/2021).

Target zero karbon emisi 2045

Hydrogen Vision 2040 merupakan bagian besar dari visi zero karbon emisi pada 2045 di seluruh rantai pasok Hyundai Motor Company.

Presiden dan CEO Hyundai Motor Company Jaehoon (Jay) Chang mengatakan, Hyundai Motor bertekad untuk melakukan hal yang baik bagi dunia melalui visi Progress for Humanity atau Kemajuan untuk Kemanusiaan.

“Perubahan iklim adalah tantangan tak terbantahkan yang membutuhkan perhatian semua orang secara mendesak. Hyundai Motor berkomitmen untuk mewujudkan nol karbon pada produk dan operasi globalnya mulai 2045,” ujar Jay seperti dikutip dari laman resmi Hyundai, Rabu (6/10/2021).

Kendaraan ramah lingkungan berbahan bakar hidrogen, Hyundai Nexo.Dok. Hyundai. Kendaraan ramah lingkungan berbahan bakar hidrogen, Hyundai Nexo.

Demi mewujudkan visi tersebut, Hyundai telah menyiapkan tiga pilar penting, yakni mobilitas ramah lingkungan, transportasi next-generation, dan energi hijau.

Untuk pilar pertama, Hyundai menargetkan semua kendaraan keluarannya sudah dilengkapi teknologi sel bahan bakar listrik atau baterai pada 2028.

Di pasar Indonesia, misalnya, pilar tersebut direalisasikan melalui tagline “Driving Meaningful Innovation” yang diusung oleh Hyundai Motors Indonesia (HMID).

Tagline tersebut hadir sebagai komitmen Hyundai untuk selalu memberikan kehidupan yang lebih baik dan bermakna bagi masyarakat lewat inovasi yang diimplementasikan pada produk kendaraannya.

Sebagai bagian dari Hyundai Motor Company, HMID menghadirkan line up mobil listrik, yakni IONIQ Electric dan KONA Electric.

Selain mobil listrik, HMID juga berkolaborasi untuk membentuk ekosistem mobilitas ramah lingkungan, seperti membangun fasilitas pengisian daya listrik untuk mobil.

Selanjutnya, Hyundai juga secara resmi telah memulai pembangunan pabrik sel baterai kendaraan listrik yang berada di kawasan Karawang, Jawa Barat.

Kemudian, untuk pasar Eropa, Hyundai akan menghentikan penjualan kendaraan bertenaga bensin mulai 2035. Selanjutnya, Hyundai juga menargetkan 80 persen penjualan kendaraan tanpa emisi, seperti battery electric vehicle (BEV) dan FCEV sebelum 2040.

Pada pilar kedua, Hyundai tengah mengembangkan IONIQ 5, mobil autopilot level 4 berdasarkan tingkatan yang dikeluarkan The Society of Automotive Engineers (SAE).

Mobil dibekali beragam fitur pintar yang memudahkan pengemudi berkendara, seperti Highway Drive Assist Level 2, Blindspot Collision Avoidance Assist (BCA), dan Remote Smart Parking Assist (RSPA).

Selain canggih, IONIQ5 juga dibuat dengan material yang ramah lingkungan, baik di interior maupun eksterior.

Pilar terakhir, untuk mengembangkan energi hijau, perusahaan otomotif itu telah menginvestasikan dana sebesar 6,8 miliar dollar AS ke berbagai perusahaan rintisan (startup) di dunia yang bergerak di bidang pemeliharaan hidrogen.

Bahkan, Hyundai juga berencana untuk membangun infrastruktur hidrogen di beberapa negara dengan melibatkan dukungan pemerintah.

Menurut Jay, dengan segala upaya tersebut, Hyundai berharap dapat menciptakan dunia yang lebih sehat, inklusif, dan, ramah lingkungan.

Hyundai ingin setiap generasi di masa depan dapat menikmati kualitas hidup yang lebih baik tanpa keberadaan emisi karbon.

“Kami akan berinvestasi untuk transportasi yang lebih bersih dan menggunakan energi ramah lingkungan demi mencapai masa depan yang lebih baik dan lebih berkelanjutan untuk masyarakat,” jelas Jay.

Untuk yang ingin mengetahui lebih lanjut mengenai slogan Driving Meaningful Innovation, silakan kunjungi tautan berikut.

Bagi yang tertarik mencari informasi seputar Hyundai, silakan kunjungi situs web di laman ini.

Agar tak ketinggalan informasi terbaru mengenai Hyundai, jangan lupa juga untuk mengikuti akun media sosial mereka, seperti di kanal Youtube Hyundai Motors Indonesia, Instagram @hyundaimotorindonesia, Facebook Hyundai Motors Indonesia, dan Twitter @hyundaimotorid.

 

Artikel ini merupakan bagian dari seri tentang perjalanan Hyundai dan semangat Driving Meaningful Innovation yang dikobarkan di Indonesia hasil kerja sama KG Media dan HMID.


komentar di artikel lainnya
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com