Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenal Apa itu Aquaplaning dan Faktor Penyebabnya

Kompas.com - 12/06/2021, 08:42 WIB
Donny Dwisatryo Priyantoro,
Agung Kurniawan

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Berkendara di permukaan yang basah, akan terasa berbeda dibanding permukaan yang kering. Apalagi, jika permukaan tersebut terdapat genangan air.

Permukaan jalan yang digenangi air sangat berbahaya jika dilewati kendaraan dalam kecepatan tinggi. Sebab, bisa terjadi yang namanya aquaplaning.

Aquaplaning merupakan kejadian ketika ban mobil kehilangan cengkraman ketika melewati genangan air dalam kecepatan tinggi. Kondisi tersebut sangat berbahaya, karena dapat menyebabkan mobil kehilangan kendali dan menyebabkan kecelakaan.

Baca juga: Musim Hujan Belum Selesai, Hindari Pemakaian Jas Hujan Ponco

On Vehicle Test Manager PT Gajah Tunggal Tbk. Zulpata Zainal mengatakan, faktor yang meningkatkan risiko aquaplaning di antaranya tekanan udara yang kurang, sampai penempatan ban yang salah.

Ilustrasi aquaplaningwww.reifen.de Ilustrasi aquaplaning

“Kalau faktor ban, misalnya seperti kondisi sisa tinggi alur ban yang sudah di bawah Tread Wear Indicator (TWI), tekanan udara ban yang terlalu rendah, telapak ban yang lebih lebar dan penempatan ban yang kurang tepat,” ujar Zulpata, kepada Kompas.com, beberapa waktu lalu.

Zulpata menambahkan, saat ban kekurangan tekanan udara, kendali mobil jadi lebih lambat, jarak pengereman lebih jauh, stabilitas turun, dan pengendalian menjadi sulit. Untuk itu, penting sekali menjaga tekanan udara pada ban tetap sesuai rekomendasi pabrikan.

“Untuk penempatan ban yang tepat, ban bagian belakang harus yang lebih baik kemampuannya. Misal lebih tinggi kembangannya dan aspek rasio lebih rendah,” kata Zulpata.

Baca juga: Begini Cara Merawat Mobil Saat Musim Hujan

Menurut Zulpata, untuk faktor di luar ban dapat diakibatkan dari kecepatan yang lebih tinggi. Kemudian pengemudi yang terlalu banyak kontrol kemudi.

Aquaplaningwww.tirendo.nl Aquaplaning

"Ibarat jalanan basah, ban akan bersifat seperti sirip. Ban jika digunakan di permukaan yang basah akan sangat sensitif kalau banyak dikontrol,” ujar Zulpata.

Namun, aquaplaning tidak hanya terjadi di jalan tol saja, di mana memang kendaraan melaju dalam kecepatan tinggi. Aquaplaning juga dapat terjadi di mana saja.

Training Director Safety Defensive Consultant Indonesia Sony Susmana mengatakan, mobil yang bergerak di jalan tol atau jalan raya, pasti berkali-kali mengalami aquaplaning, hanya saja masih terukur dan bisa dikendalikan.

Baca juga: Musim Hujan Banyak Jalan Berlubang, Waspada Ambles Tiba-tiba

“Kadang pengemudi tidak peka sehingga sering meremehkan sampai benar-benar terjebak aquaplaning dan berujung kecelakaan,” kata Sony.

Berkendara di musim hujan bisa menjadi tantangan tersendiri, termasuk terjadinya aquaplaning.Chevrolet Indonesia Berkendara di musim hujan bisa menjadi tantangan tersendiri, termasuk terjadinya aquaplaning.

Sony mengatakan, pengemudi sebaiknya jangan meremehkan aquaplaning. Sebab, pengemudi yang sudah terlatih pun memiliki kemungkinan selamat yang kecil dalam kondisi tersebut.

"Pengemudi yang mengalami aquaplaning adalah orang yang merasa bisa mengendalikan mobilnya sehingga melanggar prinsip-prinsip mengemudi saat hujan. Prinsip tersebut yaitu mengurangi kecepatan, jaga jarak, dan bersiap mengantisipasi selip.

Menurutny, pengemudi yang merasa jago akan selalu mengandalkan reaktifnya dan tidak paham bahwa bahaya aquaplaning itu besar. Kalau ban sudah selip, pengemudi tidak akan bisa berbuat apa-apa.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com