Selain itu, Franz mengatakan tidak mau membatasi Gelora E hanya untuk kalangan tertentu. Misalnya untuk Gelora E varian minibus, bisa digunakan sebagai angkutan perkotaan (angkot) maupun sebagai kendaraan shuttle.
Dalam kesempatan terpisah, Menteri Perhubungan (Menhub) Budi Karya Sumadi mengatakan, DFSK Gelora E berpotensi sebagai kendaraan ramah lingkungan berbasis listrik murni yang bisa menunjang sektor komersial ringan.
Dalam kesempatan tersebut, Menteri Perhubungan (Menhub) Budi Karya Sumadi mengatakan, DFSK Gelora E berpotensi sebagai kendaraan ramah lingkungan berbasis listrik murni yang bisa menunjang sektor komersial ringan.
Budi berharap, kendaraan niaga ringan berbasis listrik pertama di Indonesia ini bisa dijual dengan harga yang lebih terjangkau.
Dengan demikian, masyarakat Indonesia bisa dengan mudah untuk memiliki, terutama bagi para pengusaha yang memiliki bisnis untuk menjadikan Gelora E sebagai kendaraan niaga ringannya.
"Semoga ini bisa segera diproduksi di Indonesia dan memiliki tingkat komponen dalam negeri (TKDN) yang tinggi," kata Budi.
DFSK sendiri memasarkan Gelora E dengan harga yang memang cukup tinggi sebagai sebuah kendaraan niaga ringan, yakni Rp 510 juta sampai Rp 520 juta untuk minibus, dan Rp 480 juta sampai Rp 490 juta untuk blind van.
Menanggapi permintaan Menteri Perhubungan, Sales & Marketing Director PT Sokonindo Automobile Rifin Tanuwijaya mengatakan, harapan tersebut sesuai dengan rencana DFSK menghadirkan kendaraan dengan harga terjangkau.
"Gelora E sengaja dihadirkan sebagai solusi di segmen kendaraan komersial ringan melalui kendaraan yang efisien, ramah lingkungan, berdaya saing tinggi, dan tentunya bisa lebih terjangkau bagi masyarakat," ucap Rifin.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.