JAKARTA, KOMPAS.com – DFSK sudah membuka keran pemesanan untuk kendaraan listriknya, Gelora E di Indonesia International Motor Show (IIMS) 2021.
Ada dua varian yang ditawarkan, blind van dengan banderol Rp 480 juta sampai Rp 490 juta dan minibus diharga Rp 510 juta sampai Rp 520 juta.
Langkah DFSK meluncurkan kendaraan listrik model minibus maupun blind van untuk niaga bisa dikatakan unik.
Biasanya ATPM lain memperkenalkan mobil listrik dalam bentuk sedan atau SUV kompak, DFSK malah merilis dalam bentuk minibus dan blind van.
Lalu apa alasan DFSK memperkenalkan produk kendaraan listriknya lewat Gelora E?
Managing Director PT Sokonindo Automobile Franz Wang mengatakan, DFSK memiliki pemikiran jangan menunggu momen baru meluncurkan mobil listrik, melainkan DFSK yang menjadi momennya.
“Karena pemerintah sudah menyiapkan aturan, infrastruktur juga mulai ada untuk kendaraan listrik, dan kita ATPM kita siapkan model-modelnya, begitu juga konsumen yang mulai menggunakan mobil listrik,” ucap Franz Wang ketika ditemui di IIMS 2021, Rabu (21/4/2021).
Franz mengatakan, keempat poin tadi merupakan sebuah ekosistem. Kemudian dengan mulai meluncurkan kendaraan listrik, semua akan merasakan manfaatnya.
Untuk spesifikasinya, DFSK Gelora E menggunakan baterai dengan kapasitas 42 kWh. Dari baterai ini, diteruskan ke motor listrik yang menghasilkan tenaga 60 kW atau setara 80,46 TK dan torsi 200 Nm.
DFSK mengklaim kalau Gelora E bisa menempuh jarak 300 KM. Kemudian untuk pengisian baterai dengan menggunakan fitur fast charging untuk mengisi dari 20-80 persen cukup 80 menit, sedangkan untuk 0 - 100 persen hanya membutuhkan 2,5 jam waktu pengisian.
Sedangkan dimensinya, Gelora E baik varian blind van maupun minibus, memiliki panjang 4,5 m, lebar 1,68 m dan tinggi 2 m.
Untuk varian blind van memiliki luas kabin 4.800 liter, sedangkan minibus, tersedia model tujuh tempat duduk.
Peluang Gelora E
Franz Wang mengatakan, dengan menghadirkan varian blind van dan minibus, DFSK mengantisipasi kalau ada konsumen dari perusahaan yang tertarik dengan Gelora E, tentu saja dengan opsi pembelian fleet atau secara borongan.
“Tapi tentu saja, kami terbuka untuk segala jenis customer baik dari pribadi maupun perusahaan,” ucap Franz lagi.
Selain itu, Franz mengatakan tidak mau membatasi Gelora E hanya untuk kalangan tertentu. Misalnya untuk Gelora E varian minibus, bisa digunakan sebagai angkutan perkotaan (angkot) maupun sebagai kendaraan shuttle.
Dalam kesempatan terpisah, Menteri Perhubungan (Menhub) Budi Karya Sumadi mengatakan, DFSK Gelora E berpotensi sebagai kendaraan ramah lingkungan berbasis listrik murni yang bisa menunjang sektor komersial ringan.
Dalam kesempatan tersebut, Menteri Perhubungan (Menhub) Budi Karya Sumadi mengatakan, DFSK Gelora E berpotensi sebagai kendaraan ramah lingkungan berbasis listrik murni yang bisa menunjang sektor komersial ringan.
Budi berharap, kendaraan niaga ringan berbasis listrik pertama di Indonesia ini bisa dijual dengan harga yang lebih terjangkau.
Dengan demikian, masyarakat Indonesia bisa dengan mudah untuk memiliki, terutama bagi para pengusaha yang memiliki bisnis untuk menjadikan Gelora E sebagai kendaraan niaga ringannya.
"Semoga ini bisa segera diproduksi di Indonesia dan memiliki tingkat komponen dalam negeri (TKDN) yang tinggi," kata Budi.
DFSK sendiri memasarkan Gelora E dengan harga yang memang cukup tinggi sebagai sebuah kendaraan niaga ringan, yakni Rp 510 juta sampai Rp 520 juta untuk minibus, dan Rp 480 juta sampai Rp 490 juta untuk blind van.
Menanggapi permintaan Menteri Perhubungan, Sales & Marketing Director PT Sokonindo Automobile Rifin Tanuwijaya mengatakan, harapan tersebut sesuai dengan rencana DFSK menghadirkan kendaraan dengan harga terjangkau.
"Gelora E sengaja dihadirkan sebagai solusi di segmen kendaraan komersial ringan melalui kendaraan yang efisien, ramah lingkungan, berdaya saing tinggi, dan tentunya bisa lebih terjangkau bagi masyarakat," ucap Rifin.
https://otomotif.kompas.com/read/2021/04/23/161100615/dfsk-gelora-e-jadi-momentum-ke-era-kendaraan-elektrifikasi