JAKARTA, KOMPAS.com - Sejak awal diciptakan, mobil Mini selalu mempertahankan desainnya yang klasik dengan dimensi mungil. Tak banyak orang tahu bahwa mobil ini hadir karena adanya krisis.
Mini lahir karena terjadinya Krisis Suez pada akhir 1950-an. Kala itu, diberlakukan penjatahan bahan bakar minyak (BBM) bagi negara-negara Eropa, termasuk juga Inggris Raya.
Baca juga: MINI Countryman ALL4 Kit Edition Sapa Sultan Bandung
Krisis Suez sendiri merupakan konflik mengenai Terusan Suez, terusan yang menghubungkan Laut Mediterania dengan Laut Merah, yang terletak di Mesir.
Belum lama ini, Terusan Suez juga kembali menjadi perbincangan karena ada kapal kargo yang tersangkut dan menutup jalan bagi ratusan kapal lainnya.
Keberadaan Terusan Suez sangat penting bagi perputaran roda perekonomian di Eropa. Maka itu, di saat terjadi Krisis Suez, banyak pabrikan otomotif yang mencari solusi.
Baca juga: Ini Bocoran Mobil Baru BMW dan MINI di 2021
Untuk mengatasi permasalahan penjatahan BBM pada Krisis Suez, dua perusahaan otomotif, Austin dan Morris, memutuskan untuk merger.
Keduanya masuk dalam grup British Motor Corporation (BMC) dan merencanakan pembuatan mobil kecil, ringkas, dan tentunya hemat BBM.
Pimpinan BMC saat itu, Leonard Lord, menunjuk Alec Issigonis untuk merancang Morris Minor. Pengerjaan dimulai pada Maret 1957. Dua tahun kemudian, mobil tersebut siap diproduksi.
"Pada bulan Agustus 1959, mobil kecil tersebut diluncurkan ke pasar otomotif. Di masa awal, mobil ini dinamakan Austin Mini Se7en dan Morris Mini-Minor," kata dedengkot Jakarta Morris Club, Amrih Sahri, kepada Kompas.com, beberapa waktu lalu.
Baca juga: Paket Modifikasi AC Schnitzer buat BMW, Mini dan Land Rover
Setelah 1969, nama Austin dan Morris tidak lagi digunakan, tapi berganti menjadi Mini. Meski demikian, untuk pasar internasional, kedua nama tersebut masih dipertahankan.
Selain sedan, Mini juga memiliki varian lainnya, seperti van, pikap, Moke (berbentuk mirip Jeep), dan Clubman (dengan bentuk hidung yang kotak). Namun, yang paling terkenal hingga saat ini adalah Mini Cooper.
Mini tak hanya laris di pasaran, di ajang balap pun juga mobil ini memiliki nama besar. Mini tercatat menjadi langganan pemenang di Rally Monte Carlo 1964, 1965, dan 1967, dan selalu masuk tiga teratas dari tahun 1964 hingga 1968.
Baca juga: Bikin Mini Klasik Jadi Bertenaga Listrik, Modalnya Rp 168 Juta
Kunci kemenangan Mini Cooper ada pada tata mesinnya yang melintang dan didukung dengan penggerak roda depan. Saat itu, konsep tersebut belum pernah diterapkan oleh pabrikan lainnya. Dengan tata mesin seperti itu, posisi keempat roda memungkinkan pengendaraan yang mudah dan lincah.
Mini mengakhiri masa produksinya pada awal 2000 lalu setelah 42 tahun berproduksi. Saham perusahaan dikuasai BMW dan Mini Cooper pun digantikan dengan New Mini yang merupakan hasil desain dari tim BMW.
Selama 42 tahun tersebut, diperkirakan jumlah Mini yang ada di dunia mencapai 5,5 juta unit. Jumlah tersebut membuat Morris Mini menjadi mobil Inggris terlatis sepanjang sejarah.
Mini Cooper juga melakukan peningkatan dan perbaikan dari segala sisi, seperti jendela geser digantikan dengan jendela wind-up.
Lalu, mesin 1.000 cc menggantikan mesin 850 cc, dan kemudian berganti lagi menjadi 1.275 cc. Tak ketinggalan, penyematan sistem injeksi untuk menggantikan karburator, serta penggunaan disc-brake.
"Tapi hebatnya, bentuk dasar Mini nyaris tidak berubah. Jika dibandingkan antara Mini keluaran tahun 1959 dengan Mini keluaran tahun 2000, hampir tidak ada perubahan mencolok," ujar Amrih.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.