Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kata Pengamat soal Masalah Bus Pariwisata yang Rawan Celaka

Kompas.com - 16/03/2021, 15:51 WIB
Stanly Ravel

Editor

JAKARTA, KOMPAS.com - Kecelakaan bus pariwisata Sri Padma Kencana yang terjun ke jurang pekan lalu, menjadi kecelakaan transportasi darat yang cukup fatal di 2021. Apalagi tahun sebelumnya diketahui tidak ada kasus yang menonjol.

Insiden yang merenggut 29 nyawa penumpang di Sumedang, Jawa Barat itu bahkan dinilai pengamat transportasi Djoko Setijowarno, hampir serupa dengan kecelakaan bus Sriwijaya ke jurang di Liku Lematang yang menewaskan 35 penumpang di 2019 lalu.

Guna mencegah kejadian serupa, Djoko meminta agar pemerintah tak hanya melalkukan langkah dadakan dengan melakukan pengecekan bus pariwisata setelah kejadian, namun juga harus dilakukan secara menyeluruh hingga ke masalah legalitasnya.

Baca juga: Temuan Baru KNKT Soal Kecelakaan Bus di Sumedang, Rem Overheat

"Hal seperti itu tidak akan menjadi efek jera bagi pengusaha bus pariwisata abal-abal. Karena hanya pengecekan dokumen, tidak ditindaklanjuti dengan temuan lainnya," ucap Djoko dalam keterangannya, Selasa (16/3/2021).

Kecelakaan Bus Pariwisata di Sumedang, Jawa BaratKEMENTERIAN PERHUBUNGAN Kecelakaan Bus Pariwisata di Sumedang, Jawa Barat

"Mulai dari berapa jumlah armada bus yang dimiliki, adakah tempat penyimpanan kendaraan, dan bengkel. Sepertinya, ini upaya yang sia-sia dan akan berulang lagi jika tidak diiringi pembenahan yang komprehensif," kata dia.

Menurut Djoko, berdasarkan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 117 Tahun 2018 tentang Penyelenggaraan Angkutan Orang Tidak Dalam Trayek, salah satu syarat untuk mendirikan perusahaan angkutan umum pariwisata minimal memiliki 5 armada bus. Batasan minimal tersebut bermakna agar terjaga kelanjutan bisnis angkutan umum.

Djoko juga menjelaskan bila secara umum, faktor utama penyebab kecelakaan lalu lintas adalah manusia, sarana, prasarana, dan lingkungan. Tapi dari ragam faktor tersebut, sisi manusia kerap tidak dibenahi, karena itu Sistem Manajemen Keselamatan (SMK) adalah salah satu pembenahan yang terkait dengan faktor manusia.

Baca juga: Catat, Kiat Pilih Bus Pariwisata dari Dirjen Perhubungan Darat

Bangkai Bus Tri Padma Kencana berhasil dievakuasi dari jurang di Tanjakan Cae, Wado, Sumedang. Bus disimpan di kantor Satlantas Polres Sumedang untuk penyelidikan lebih lanjut, Jumat (12/3/2021). AAM AMINULLAH/KOMPAS.comKOMPAS.COM/AAM AMINULLAH Bangkai Bus Tri Padma Kencana berhasil dievakuasi dari jurang di Tanjakan Cae, Wado, Sumedang. Bus disimpan di kantor Satlantas Polres Sumedang untuk penyelidikan lebih lanjut, Jumat (12/3/2021). AAM AMINULLAH/KOMPAS.com

"Jika SMK berjalan dengan baik dan konsisten di semua perusahaan angkutan umum, akan turut mengurangi tingkat kecelakaan lalu lintas. Sekarang sudah mulai dilakukan pembenahan SMK tersebut yang targetnya selesai tahun 2025, tapi mungkin perlu penambahan anggaran dan SDM supaya target bisa lebih cepat lagi selesai," kata Djoko.

Minim Pengawasan

Pada 2020, salah satu Balai Pengelola Transportasi Daerah (BPTD) di Sumatera bersama Polisi dan PT Jasa Raharja, sempat melakukan inventarisasi keberadaan bus pariwisata. Temuannya, mayoritas bus pariwisata tak berizin, baik pelat kuning atau hitam.

Berangkat dari hal itu, para pengusaha bus didorong mengurus izin melalui aplikasi Spionam juga terganjal kelengkapan dokumen kendaraan. Hal tersebut lantaran bus berasal dari Pulau Jawa, bahkan meski memiliki kartu pengawas sudah lewat usia.

Petugas gabungan dari SAR Pagaralam, TNI, Polri, BPBD dan Tagana melakukan evakuasi Bus Sriwijaya rute Bengkulu - Palembang yang mengalami kecelakaan  di Liku Sungai Lematang, Prahu Dipo, Dempo Selatan, Kota Pagaralam, Sumatera Selatan, Rabu (25/12/2019). Hasil evakuasi dan pencarian korban pada hari kedua tercatat total jumlah korban meninggal sebanyak 35 orang dan korban selamat sebanyak 13 orang .HANDOUT/SAR PALEMBANG Petugas gabungan dari SAR Pagaralam, TNI, Polri, BPBD dan Tagana melakukan evakuasi Bus Sriwijaya rute Bengkulu - Palembang yang mengalami kecelakaan di Liku Sungai Lematang, Prahu Dipo, Dempo Selatan, Kota Pagaralam, Sumatera Selatan, Rabu (25/12/2019). Hasil evakuasi dan pencarian korban pada hari kedua tercatat total jumlah korban meninggal sebanyak 35 orang dan korban selamat sebanyak 13 orang .

Djoko meminta agar praktik seperti itu segera dibenahi yang pastinya bisa berdampak pada manajemen keselamatan perusahaan. Belum lagi dengan lemahnya pengawasan yang membuat operasional bus pariwisata sama sekali tidak terawasi.

"Jika kondisi angkutan pariwisata seperti itu, tinggal berdoa jika bus wisata apakah selamat atau tidak saat beroperasi," ujar Djoko.

Baca juga: Momok Rem Pedal Untuk Pengemudi Bus

Seperti diketahui, pemerintah sedang gencar meluncurkan program pariwisata, otomatis keberadaan bus jadi salah satu andalan untuk dapat memberikan akses membawa pelancong sebanyak mungkin mengunjungi lokasi wisata yang membuat bisnis angkutan wisata turut meningkat.

Petugas mengevakuasi supir bus Asli Prima saat terjadi kecelakaan di Gerbang Tol Cikupa, Tangerang, Banten, Minggu (13/01/2019). Bus Asli Prima yang melaju dari arah Jakarta keluar jalur menabrak truk yang melaju menuju Jakarta. Akibat kecelakaan ini dua orang luka berat dan belasan lainnya luka ringan.KOMPAS.COM/KRISTIANTO PURNOMO Petugas mengevakuasi supir bus Asli Prima saat terjadi kecelakaan di Gerbang Tol Cikupa, Tangerang, Banten, Minggu (13/01/2019). Bus Asli Prima yang melaju dari arah Jakarta keluar jalur menabrak truk yang melaju menuju Jakarta. Akibat kecelakaan ini dua orang luka berat dan belasan lainnya luka ringan.

Kemudahan untuk membuka peluang bisnis angkutan wisata dapat lebih dipermudah. Namun jangan sampai mengabaikan atau menghindari aspek keselamatan.

"Keselamatan adalah investasi, sehingga memerlukan anggaran yang tidak sedikit. Dalam penyelenggaraan transportasi, keselamatan mutlak harus dipenuhi tanpa ada kompromi," kata Djoko.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau