JAKARTA, KOMPAS.com – Kecelakaan maut baru saja terjadi di Tanjakan Cae, Desa Sukajadi, Kecamatan Wado, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat, Rabu (10/3/2021).
Salah satu korban selamat mengaku mencium bau sangit yang biasa keluar dari kampas rem yang rusak, sebelum kecelakaan tersebut terjadi. Informasi lain meyebutkan kalau sopir bus menyebut jika remnya blong hingga masuk ke dalam jurang.
Nahas, kecelakaan ini menewaskan 27 penumpang, mayoritas pelajar.
Training Director Safety Defensive Consultant Indonesia (SDCI) Sony Susmana mengatakan, tidak jarang kecelakaan bus yang terjadi akibat rem blong.
Baca juga: Nasib Bus Perintis yang Masih Merintih
“Hal ini bisa diantisipasi dengan cara memahami dasar dari mengemudi, bahwa Keselamatan adalah tanggung jawab nomor satu,” ucap Sony saat dihubungi Kompas.com, Kamis (11/3/2021).
Agar tidak terulang kejadian serupa, Sony mengatakan, ada beberapa hal penting yang harus diperhatikan.
Perawatan bus menjadi penting terutama sektor rem, karena sebagai tumpuan untuk mengurangi kecepatan dan kerjanya sangat berat, tidak hanya membawa beban badan yang berat tapi jumlah muatannya.
“Jangan ragu untuk mengambil sikap tegas apabila ada yg ganjil (bau sangit, rem keras, minyak rem berkurang, dan lain-main). Segera berhenti untuk diperiksa atau berujung kecelakaan,” kata Sony.
Kemudian, cek rute perjalanan. Ketika melalui jalan yang bergelombang atau naik turun pegunungan, maka buatlah strategi mengemudi yang optimal.
“Hindari mengandalkan rem terutama di turunan, manfaatkan engine brake atau exhaused brake dan jaga jarak aman. Gunakan rem service (kaki) sesekali ketika meluncur,” ucap Sony.
Baca juga: Mobil Jarang Digunakan, Jangan Abaikan Perawatan
Sony juga menjelaskan, tidak semua bus operasional memiliki kelengkapan yang sama. Peran pengemudi (jam terbang, skill, mindset, keamanan) dalam menggabungkan dirinya dengan kondisi bus sangat penting.
“Biasakan melakukan “safety induction" seperti di pesawat. Pastikan semua mengikuti aturan dan duduk menggunakan safety belt,”
Selain itu hindari suasana riuh di dalam kabin, sebab suasana nyaman dan gembira bisa terbawa kepada kurangnya daya pengemudi dalam mengantisipasi kondisi darurat.
“Terakhir, sensitif lah terhadap hal yang ganjil. Jangan mengambil resiko, karena manusia punya keterbatasan kemampuan jadi hanya akal sehat yang bisa meminimalkan resiko tersebut,” kata Sony.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.