JAKARTA, KOMPAS.com - Saat ini secara global pemakaian pelumas dengan base oil mineral masih lebih banyak ketimbang sintetik. Perbandingan keduanya mencapai 60:40.
Brahma Putra Mahayan, Jr Technical Specialist Pertamina Lubricants, mengatakan, angka tersebut bahkan lebih tinggi lagi di Indonesia, mencapai 80:20 untuk mineral.
"Di Indonesia, mineral masih 70-80 persen dan sintetik 30 persen," kata Brahma saat acara Pertamina Lubricants Workshop secara daring belum lama ini.
Baca juga: Siap-siap, Honda City Hatchback Meluncur Pekan Depan
Brahma mengatakan setidaknya ada tiga faktor yang membuat pemakaian pelumas atau oli mineral lebih tinggi di Indonesia, yaitu soal harga, teknologi dan populasi.
"Konsekuensi sintetik ialah harga. Masyarakat di negara maju dengan daya beli tinggi dan kesadaran lingkungan lebih tinggi mulai beralih ke sintetik, tapi di Indonesia maaf ketimbang beli oli satu liter Rp 200.000 mereka masih berpikir kebutuhan yang lain," katanya.
Kemudian soal teknologi. Brahma mengatakan di Indonesia masih banyak mobil tahun produksi 90'an dan 2000'an. Mobil tahun segitu lebih cocok pakai oli mineral.
"Untuk mesin teknologi lama tahun 80'an-90'an dengan teknologi tidak terlalu tinggi lebih cocok pakai mineral, karena celah di antara mesin juga sudah longgar," katanya.
"Juga masa pakai pelumas tidak terlalu lama. Zaman dulu manual book, ganti oli katakanlah 5.000 km tapi untuk mobil saat ini 10.000 km. Jadi perkembangan teknologi," kata Brahma.
Baca juga: Target Petronas Yamaha SRT, Jadikan Rossi Juara Dunia
Banyaknya mobil-mobil usia tua ini katanya karena Indonesia belum menerapkan kebijakan scrap seperti di sejumlah negara lain.
"Dan karena Indonesia belum ada pembatasan usia kendaraan. Beda dengan negara maju setelah lima tahun di scrap, di Indonesia masih banyak mobil tahun 90'an dan 2000'an," katanya.
"Sehingga base oli mineral masih banyak dipakai sebab kendaraan tipe tersebut cocoknya pakai mineral," ungkap Brahma.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.