JAKARTA, KOMPAS.com - Gejala aquaplaning atau hydroplaning menjadi momok yang sering menghantui pengemudi kendaraan bermotor saat cuaca hujan atau jalanan basah.
Hilangnya traksi ban saat melaju di jalan basah atau tergenang air sering memicu terjadinya kecelakaan fatal hingga menyebabkan korban jiwa.
Kondisi ini seperti yang terjadi pada beberapa kejadian kecelakaan di ruas tol belum lama ini.
Untuk itu, bagi setiap pengemudi sebaiknya memahami beberapa faktor yang bisa memicu terjadinya hydroplaning.
Baca juga: Blokir STNK yang Mati 2 Tahun Segera Diberlakukan
Sedikitnya ada tiga faktor yang bisa menyebabkan terjadinya aquaplaning
1. Memacu kendaraan dengan kecepatan tinggi
Mengemudikan kendaraan bermotor dalam kondisi hujan atau jalanan basah tidak bisa disamakan ketika kondisi jalanan kering.
Untuk itu, saat melaju di jalanan basah atau tergenang air sebaiknya pengemudi tidak memacu kendaraan dengan kecepatan tinggi.
Hanya saja, selama ini masih banyak pengemudi yang mengabaikan cara mengemudi aman dan memacu kendaraan dengan kecepatan tinggi saat kondisi hujan.
Baca juga: Kecelakaan Beruntun di Tol Semarang, Ingat Lagi Jurus 3 Detik
Sehingga, kendaraan kehilangan kendali dan tergelincir hingga menyebabkan kecelakaan fatal
Training Director Safety Defensive Consultant Indonesia (SDCI) Sony Susmana menyarankan, ketika melaju di jalan basah tidak perlu terburu-buru.
“(Aquaplaning) biasanya terjadi karena pengemudi terburu-buru saat melintasi genangan air. Ini yang justru berbahaya, sebaiknya pelan-pelan saja agar mobil tidak terangkat dari aspal,” ujar Sony, kepada Kompas.com belum lama ini.
2. Kondisi ban gundul
Selain karena kecepatan tinggi, faktor lain yang juga bisa memicu terjadinya hydroplaning adalah kondisi ban.
On Vehicle Test (OVT) Manager PT Gajah Tunggal Zulpata Zainal mengatakan, kondisi ban juga perlu diperhatikan, terlebih sebelum berkendara di jalanan basah atau kondisi hujan.