JAKARTA, KOMPAS.com - Tak sedikit masyarakat yang masih ragu memakai motor listrik untuk keseharian. Alasannya ialah takut kehabisan daya atau mogok kalau baterai habis.
Anggapan itu wajar dan beralasan. Sebab proses isi daya alias charging motor listrik tidak sebentar. Saat ini sistem swap atau tukar pakai yang dianggap solusi juga masih sangat terbatas.
Hendro Sutono, penggiat motor listrik dan juru bicara Komunitas Sepeda Motor Listrik (Kosmik), mengatakan, kata kunci dari kendaraan listrik atau motor listrik adalah efisiensi.
Baca juga: United Sebut Biaya Charging Harian T1800 Tak Sampai Rp 3.000
"Intinya ialah efisiensi pada kendaraan, efisiensi dalam berkendara dan efisiensi dalam charging," kata Hendro kepada Kompas.com, di Jakarta, Minggu (13/12/2020).
1. Efisiensi kendaraan
Efisiensi pada kendaraan bisa dilihat pada besaran baterai dan besaran motor listriknya (dinamo) yang menentukan jarak tempuh dan kecepatan maksimum.
Hendro mengatakan, jika kendaraan diperuntukan untuk komuter sehari-hari dari rumah ke kantor dengan jarak 20 km, maka pulang pergi hanya menempuh jarak 40 km sehingga jarak tempuh 60 km pada beberapa tipe yang dijual saat ini sudah lebih dari cukup.
"Demikian juga kecepatan maksimum, jika dipergunakan untuk pergi ke kantor pada waktu rush hour, maka kecepatan maksimal 60 kpj sudah lebih dari cukup," katanya.
2. Cara berkendara
Perihal efisiensi dalam berkendara, maka mau tidak mau mengacu pada prinsip eco driving. Tujuan konsep ini ialah memakai semua sumber daya energi semaksimal mungkin.
"Caranya dengan mengurangi start stop. Kita berusaha untuk mempertahankan kecepatan konstan. Karena terlalu banyak start stop akan menghabiskan banyak energi," katanya.
Baca juga: Gesits Klaim Bisa Terabas Air Setinggi 70 cm
"Pada saat kita start maka kita membutuhkan banyak energi untuk mengubah kendaraan dari diam menjadi bergerak dan pada saat kita mengeram maka kita membuang energi atau momentum," katanya.
Hendro mengatakan, penerapan eco driving juga akan berpengaruh pada jarak tempuh dan usia baterai. Karena baterai tidak dipaksa untuk mengeluarkan energi banyak untuk berakselerasi.
"Artinya baterai tidak dipaksa untuk bekerja terlalu keras. Sehingga jarak tempuh akan menjadi lebih jauh dan usia pakai baterai akan menjadi lebih panjang," kata Hendro.
"Sayangnya masyarakat kita sangat tidak terbiasa dengan berpikir dan berlaku efisien," katanya.