JAKARTA, KOMPAS.com – Pemerintah sempat menggulirkann wacana menghapus BBM jenis Premium pada awal 2021. Rencananya BBM bersubsidi ini bakal dihilangkan di area Jawa, Madura, dan Bali (Jamali).
Hal ini diungkap oleh Direktur Jenderal Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan MR Karliansyah, dalam diskusi virtual yang digelar, Jumat (13/11/2020).
“Syukur alhamdulilah pada Senin lalu saya bertemu dengan Direktur Operasional Pertamina, beliau menyampaikan per 1 Januari 2021, Premium di Jamali khususnya akan dihilangkan,” ujar Karliansyah.
Baca juga: Ramai Truk ODOL, Isuzu Ingatkan Pengusaha dan Sopir Kendaraan Niaga
Menanggapi rencana tersebut, Ketua Pengurus Harian YLKI Tulus Abadi, mengatakan, rencana tersebut sebetulnya sudah menjadi wacana sejak 2017.
Terutama setelah diterbitkannya Peraturan Menteri (Permen) LHK Nomor 20 Tahun 2017 pada 10 Maret 2017 tentang Baku Mutu Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor.
Meski begitu pembahasan rencana ini berhenti pada 2018 karena pemilu. YLKI pun mendorong pemerintah untuk segera menerapkan kebijakan ini.
Baca juga: [VIDEO] Mencoba Tol Cimanggis Cibitung Saat Gratis
“Ini sebenarnya produk kebijakan yang sangat usang. Mestinya sudah dilakukan sejak lama,” ucap Tulus, kepada Kompas.com (16/11/2020).
Namun mengingat pandemi Covid-19 telah berdampak pada kemampuan ekonomi masyarakat. Pemerintah harus menciptakan rekayasa harga agar masyarakat bisa beralih membeli Pertalite.
Salah satu caranya dengan memperpanjang dan menerapkan diskon Pertalite seharga Premium, seperti yang sudah dilakukan Pertamina sejak beberapa waktu yang lalu.
Baca juga: Sentuh Rekor Michael Schumacher, Begini Spek Mobil F1 Lewis Hamilton
“Menurut saya sampai beberapa bulan ke depan harus dilakukan, 2-3 bulan ke depan, sampai kemudian konsumen ada stabil dari sisi ekonomi,” kata Tulus.
Tulus juga mengatakan, sebetulnya masyarakat punya kemampuan membeli Pertalite atau bensin di atas RON 90.
Hal ini terlihat dari maraknya penjual bensin eceran yang biasanya mematok harga lebih tinggi dibanding SPBU Pertamina.
“Sekarang banyak penjual bensin eceran, menerapkan harga yang jauh lebih tinggi, selisihnya Rp 2.000, masyarakat membeli juga di sana,” tuturnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.