JAKARTA, KOMPAS.com - Mengemudi mobil manual memang lebih membutuhkan teknik khusus dibandingkan mobil matik.
Meski demikian, tidak sedikit pengemudi yang lebih memilih menyetir mobil dengan transmisi manual ketimbang matik. Sebab, jika memahami betul teknik berkendara yang tepat, mengemudi mobil manual bisa lebih menyenangkan.
Namun, pada kenyataannya masih ada saja kebiasaan pengemudi mobil manual yang dirasa tidak tepat. Setidaknya ada tujuh kebiasaan buruk pengemudi mobil transmisi manual, apa saja?
Baca juga: PSBB, Ini Cara Mudah Melakukan Perawatan Wiper Mobil
Pertama, kaki selalu stand by pada pedal kopling.
“Meski dianggap hanya sekedar menempel saja, tapi hal ini bisa menyebabkan kopling cepat aus. Jadi sebaiknya kaki diistirahatkan dari pedal kopling, ketika mobil lagi melaju,” Service Parts Division Head PT Astra Daihatsu Motor (ADM) Anjar Rosjadi saat dihubungi Kompas.com.
Kedua, tidak dalam posisi netral dan kaki masih menginjak kopling saat lampu merah.
Pasalnya, dengan menahan kopling terlalu lama, dapat membuat otot pegal. Sarannya tentu memanfaatkan rem tangan ketika berhenti. Begitu juga ketika berhenti di tanjakan, hindari teknik setengah kopling.
Ketiga, menginjak gas pada saat kendaraan akan mulai jalan.
Sebetulnya cukup dengan memainkan kopling terutama pada jalanan rata, mobil sudah bisa bergerak, baru tambahkan sedikit gas. Kekurangannya adalah, pada mobil bensin bisa lebih boros.
Keempat, manfaatkan teknik engine brake dan tidak hanya mengandalkan fungsi rem.
“Dengan memanfaatkan engine brake, maka beban rem jadi berkurang, sehingga bisa memperpanjang umur pakai rem dan konsumsi bahan bakar,” tutur Anjar.
Baca juga: Goyangkan Motor saat Isi Bensin, Benar Efektif atau Hanya Mitos Belaka?
Kelima, menginjak pedal kopling tidak sampai penuh ketika melakukan perpindahan gigi, yang dapat menyebabkan dog clutch cepat rusak.
Keenam, tidak menyesuaikan kecepatan dengan posisi gigi transmisi.
“Hal ini dapat menyebabkan boros dan mobil kehilangan tenaga, atau sederhananya menggunakan gigi tinggi di kecepatan rendah atau malas mengganti posisi gigi transmisi,” kata Anjar.
Terakhir, mengganti gigi transmisi di putaran mesin yang tinggi (di atas 2.500 rpm).
“Perilaku ini bisa menyebabkan bahan bakar bisa terbuang sia-sia,” ucap Anjar.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.