Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Stimulus Pajak Nol Persen Lebih Tepat untuk Kendaraan Niaga

Kompas.com - 25/09/2020, 08:02 WIB
Stanly Ravel,
Agung Kurniawan

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Meski belum ada keputusan, namun wacana stimulus memangkas pajak kendaraan bermotor (PKB) mobil baru menjadi nol persen oleh Kementerian Perindustrian (Kemenperin), terus menjadi sorotan.

Bahkan, beberapa agen pemegang merek (APM) sudah berharap ada kepastian yang cepat dari soal stimulus apa yang akan diberikan. Lantaran hal tersebut sangat penting guna merencanakan strategi dalam mendongkrak penjualan.

Namun, Djoko Setijowarno, Pengamat transportasi dan Ketua Bidang Advokasi dan Kemasyarakatan Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI), menilai, pemberian situmulus nol persen kurang tepat bila khusus untuk mobil pribadi atau kendaraan penumpang (passanger car).

Baca juga: Rencana Pajak Mobil Baru Nol Persen, Harga Avanza dkk Jadi Rp 100 Jutaan

"Bila tujuannya untuk mobil pribadi, menurut saya tidak efektif. Harus lihat dulu kondisinya, harga lebih murah mungkin bisa merangsang, tapi masalahnya bagaimana kemampuan masyarakat untuk membelinya," ucap Djoko kepada Kompas.com, Kamis (24/9/2020).

Pengunjung memadati arena pameran Gaikindo Indonesia Internasional Auto Show (GIIAS) 2017 di Indonesia Convention Exhibition (ICE) BSD, Serpong, Tangerang, Banten, Kamis (10/8) Pameran yang berlangsung 10 - 20 Agustus 2017 akan diikuti 32 ATPM anggota GAIKINDO serta 40 produk mobil baru dan konsep serta sepeda motor. ANTARA FOTO/Zarqoni Maksum/ama/17ANTARA FOTO/MUHAMMAD IQBAL Pengunjung memadati arena pameran Gaikindo Indonesia Internasional Auto Show (GIIAS) 2017 di Indonesia Convention Exhibition (ICE) BSD, Serpong, Tangerang, Banten, Kamis (10/8) Pameran yang berlangsung 10 - 20 Agustus 2017 akan diikuti 32 ATPM anggota GAIKINDO serta 40 produk mobil baru dan konsep serta sepeda motor. ANTARA FOTO/Zarqoni Maksum/ama/17

Menurut Djoko, kondisi ekonomi dari masyarakat sampai saat ini masih lesu. Secara keuangan atau finansial, fokus utama di tengah pandemi Covid-19 seperti ini akan lebih ke sektor kesehatan atau pun kebutuhan pokok lainnya.

Sementara membeli mobil baru yang bukan menjadi kebutuhan utama, akan dijadikan pilihan kesekian meskipun ada gimik stimulus sampai diskon, yang membuat harga mobil menjadi turun signifikan.

"Meski ada yang beli, tapi tidak akan seberapa. Sekarang ini, kondisi finansial masyarakat secara rata-rata ibaratnya pas-pasan, jadi pasti kemampuan membeli pun turun karena fokus kebutuhannya sudah beda," kata Djoko.

Baca juga: Mitsubishi Berharap Wacana Relaksasi Bisa Cepat Terealisasi

Calon penumpang bersiap naik bus di Terminal Kalideres, Jakarta Barat.KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG Calon penumpang bersiap naik bus di Terminal Kalideres, Jakarta Barat.

Pertimbangan lain, meski harga mobil turun drastis dengan relaksasi, tapi secara nominal masih puluhan dan ratusan juta, belum lagi dengan biaya ke depan yang harus ditanggung, seperti pajak tahunan, perawatan berkala, dan sebaginya.

Menurut Djoko, stimulus akan lebih efektif bila diberikan untuk sektor kendaraan niaga. Baik bagi pengusaha logistik, angkutan umum, sampai ke sektor pariwisata yang memang orientasi sebagai usaha dan ekonomi.

"Sulit memang kondisinya, satu sisi pemerintah ingin membantu industri otomotif, tapi kalau dilihat kemampuan membeli masyarakat masih minim karena memang faktor utamanya itu ke finansial," ucap Djoko.

Baca juga: Respons Suzuki dan Toyota Soal Relaksasi Pajak Nol Persen Mobil Baru

Sales promotion girl (SPG) berpose di samping mobil dalam pameran otomotif Indonesia International Motor Show (IIMS) 2019 di Jiexpo Kemayoran, Jakarta Utara, Kamis (25/4/2019). Pameran IIMS 2019 berlangsung hingga 5 Mei 2019 mendatang. Sebanyak 36 merek roda dua dan roda empat ikut memamerkan produk terbarunya di sini.KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG Sales promotion girl (SPG) berpose di samping mobil dalam pameran otomotif Indonesia International Motor Show (IIMS) 2019 di Jiexpo Kemayoran, Jakarta Utara, Kamis (25/4/2019). Pameran IIMS 2019 berlangsung hingga 5 Mei 2019 mendatang. Sebanyak 36 merek roda dua dan roda empat ikut memamerkan produk terbarunya di sini.

"Kalau dialihkan ke niaga, justu lebih tepat, karena bisa membantu meringankan pengusaha untuk menambah armada angkutan umum, bus pariwisata, apa lagi logistik yang memang sampai saat ini masih berjalan," kata dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau