JAKARTA, KOMPAS.com - Adanya peningkatan jumlah penumpang transportasi umum sejak ganjil genap di Jakarta diberlakukan lagi pada awal Agustus 2020 berimbas pada munculnya klaster Covid-19 di sektor angkutan publik.
Kondisi tersebut mendapat atensi dari berbagai pihak, bahkan Ketua Satgas Penanganan Covid-19 Doni Monardo meminta Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI mengevaluasi hingga akhirnya diputuskan untuk mencabut kembali, seiring dengan penerapan pengetatan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) mulai 14 September 2020.
Menanggapi adanya klaster Covid-19 di sektor transportasi umum, Shafruhan Sinungan, Ketua DPD Organisasi Angkutan Darat (Organda), menjelaskan, temuan tersebut harus diteliti lebih detail dan dicermati asal mulannya.
Baca juga: PSBB Kedua, Transportasi Umum Dibatasi Jumlah dan Jam Operasionalnya
"Bila angkutan umum atau publik yang masih dalam naungan Pemprov DKI, itu semua sudah beroperasi sesuai prosedur, artinya protokol kesehatan dan pembatasan sudah ketat diterapkan. Bila ada kasus (penularan) seperti itu, baiknya dilakukan pelacakan agar jelas dari mana angkutan umum yang dimaksud," kara Shafruhan saat dihubungi Kompas.com, Kamis (10/9/2020).
Menurut Shafruhan, bila pelacakan pada pasien yang terpapar Covid-19 di angkutan umum bisa dilakukan, maka akan lebih mudah untuk mengetahui akarnya.
Hal tersebut lantaran tidak semuanya masyarakat bepergian menggunakan transportasi publik yang resmi, ada yang setelah naik KRL menyambung ke ojek online (ojol) atau setelah naik bus Transjakarta berganti ke taksi online (taksol).
Sementara dari segi jumlah penumpang, walau saat PSBB transisi terjadi peningkatan, menurut Shafruhan, jumlahnya tidak signifikan. Indikatornya bisa dilihat dari jumlah armada yang terbatas, serta faktor lainnya.
Baca juga: Transportasi Umum Jadi Klaster Covid-19, DKI Evaluasi Ganjil Genap
Bus transjakarta melintas di Jalan M.H Thamrin, Jakarta Pusat, Kamis (6/2/2020). Jumlah pengguna transjakarta telah menembus 1 juta penumpang per hari. Jumlah penumpang sebanyak 1.006.579 orang tercatat pada Selasa (4/2/2020).
"Harus dilacak dulu, sampai saat ini masyarakat juga banyak yang masih khawatir menggunakan moda publik. Dengan demikian, bisa bilang peningkatan penumpang ketika PSBB transisi kemarin sangat minim," ucap Shafruhan.
"Buat saya, sebenarnya paling penting itu dari faktor orang atau penumpangnya, apakah sudah taat protokol kesehatan, mampu melindungi dirinya atau tidak," kata dia.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.