JAKARTA, KOMPAS.com - Beberapa kali libur panjang pada Agustus ini, ternyata tak memberikan pengaruh yang signifikan bagi pertumbuhan penumpang bus antarkota antarprovinsi (AKAP).
Padahal, momen libur panjang banyak dimanfaatkan masyarakat untuk pergi ke luar kota. Mulai dengan tujuan sekadar berliburan sampai pulang ke kampung halaman lantaran tak ada lagi peraturan larangan mudik.
Ketua Umum Ikatan Pengusaha Otobus Muda Indonesia (IPOMI) Kurnia Lesani Adnan mengatakan, pada dua kali musim libur panjang kemarin, yakni saat Kemerdekaan Republik Indonesia dan Tahun Baru Islam, jumlah penumpang bus AKAP tak begitu mengalami lonjakan.
Baca juga: Libur Panjang, Ratusan Ribu Kendaraan Tinggalkan Jakarta
"Peningkatan dibandingkan hari biasa ada, tapi memang tidak banyak. Dari rata-rata penumpang 20-30 persen, dua kali long weekend itu naik di 70 persen dibandingkan hari biasa," kata pria yang akrab disapa Sani kepada Kompas.com, Senin (24/8/2020).
Menurut Sani, peningkatan tersebut ibaratnya hanya membuat kondisi bus yang biasanya kurang dari setengah penumpang menjadi sedikit lebih penuh. Namun, tidak sampai membuat Perusahaan Otobus (PO) menambah jumlah armada.
Kondisi ini cukup miris, padahal tak ada lagi larangan mudik ataupun aturan-aturan yang sifatnya memberatkan bagi masyarakat saat ingin berpergian ke luar kota, khususnya di moda AKAP.
"Kenaikan secara load factor ada, tapi jumlah armada yang dipakai PO ini masih sama, artinya tidak ada penambahan volume unit yang beroperasi. Kita ini sekarang masih beroperasi 40 persen, sementara 60 persen dari armada yang lain masin mengandang," ujar Sani.
Sani mengatakan, berkurangnya populasi penumpang bus AKAP lantaran banyak masyarakat yang beralih ke moda transportasi pribadi. Namun paling merugikan lagi, hingga saat ternyata bisnis sewa mobil atau travel gelap juga masih banyak beroperasi tanpa termonitor pemerintah.
Baca juga: 460.000 Kendaraan Keluar Jakarta, Waspada Macet Arus Balik Hari Ini
Kondisi tersebut yang sekarang menjadi dilema bagi sebagian besar pengusaha bus AKAP. Ketika bermain dengan mengikuti regulasi yang ditetapkan oleh pemerintah, namun di lain sisi, ada oknum yang mengambil kesempatan tanpa ada pengawasan.
"Itu yang terjadi saat ini, masih sangat banyak penyewaan atau travel gelap beroperasi. Kita ini sulit, ikuti aturan pemerintah, naik dan turunkan di terminal, tapi kalau travel gelap bebas bisa ambil penumpang di mana saja, bahkan sampai ada yang menawarkan jemput di rumah," ucap Sani.
"Jadi shifting yang banyak terjadi adalah perpindahan ke mobil sewa yang tidak umum namun melakukan praktik layaknya transportasi umum. Sampai saat ini pun, soal masalah itu tidak ada tindakan atau solusi," kata dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.