Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kado Pertamina untuk HUT ke-75 RI, Produksi D100

Kompas.com - 16/08/2020, 16:41 WIB
Ruly Kurniawan,
Azwar Ferdian

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - PT Pertamina (Persero) menyajikan kesuksessan uji coba produksi Green Diesel D100 sebesar 1.000 barel per hari di Kilang Dumai, Riau, sebagai kado untuk HUT ke-75 Kemerdekaan Republik Indonesia.

Pasalnya, produksi bahan bakar ramah lingkungan tersebut menggunakan bahan baku 100 persen minyak sawit yang melimpah di dalam negeri. Sehingga, D100 punya tingkat kandungan dalam negeri (TKDN) tinggi.

"D100 menjadi ikhtiar Pertamina mewujudkan nawacita yaitu mengoptimalkan sumber daya dalam negeri untuk membangun ketahanan, kemandirian, dan kedaulatan energi nasional," kata Nicke Widyawati, Direktur Utama PT Pertamina di keterangannya, Minggu (16/8/2020).

Baca juga: Industri Otomotif Indonesia Optimis Kembali Bergairah di Semester II

Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita didampingi Dirut Pertamina mencoba kendaraan menggunakan bahan bakar green diesel D100 di Dumai, Sabtu (18/7/2020).Dokumentasi Humas Kementerian Perindustrian Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita didampingi Dirut Pertamina mencoba kendaraan menggunakan bahan bakar green diesel D100 di Dumai, Sabtu (18/7/2020).

"Dengan demikian, produksi D100 ini sekaligus juga akan menekan defisit impor bahan bakar minyak dan mendorong pertumbuhan ekonomi nasional," ujarnya lagi.

Langkah ini kemudian diapresiasi oleh Presiden Republik Indonesia Joko Widodo dalam pidato kenegaraan pada Jumat (15/8/2020) lalu, bahwa upaya besar telah dan sedang dilakukan dalam membangun kemandirian energi.

"Tahun 2019, kita sudah berhasil memproduksi B20, dan tahun ini (2020) sudah mulai B30, sehingga bisa menekan impor minyak," ujar Presiden.

Presiden mengapresiasi Pertamina yang telah bekerja sama dengan para peneliti ITB untuk memproduksi katalis merah putih sebagai komponen utama dalam pembuatan D100 yang akan menyerap minimal 1 juta ton sawit produksi petani per harinya.

“Hilirisasi bahan mentah yang lain juga terus dilakukan secara besar-besaran. Batubara diolah menjadi metanol dan gas dan beberapa kilang dibangun untuk mengolah minyak mentah menjadi minyak jadi, dan sekaligus menjadi penggerak industri petrokimia yang memasok produk industri hilir bernilai tambah tinggi," kata dia.

Baca juga: Perbedaan Solar D-100 dengan B30, Ini Kata Pertamina

Perbedaan antara B100 dengan D100DOK. Humas Ditjen EBTKE Perbedaan antara B100 dengan D100

Uji coba produksi Green Diesel sendiri sudah dimulai sejak 2014 dengan melakukan injeksi minyak sawit jenis Refined, Bleached, and Deodorized Palm Oil (RBDPO) secara bertahap.

Dimulai dari injeksi 7,5 persen RBDPO pada Desember 2014, kemudian 12,5 persen pada Maret 2019, dan terakhir 100 persen pada Juli 2020.

Dalam uji coba performa melalui road test sepanjang 200 km, D100 yang dicampur dengan Solar dan FAME, terbukti menghasilkan bahan bakar diesel yang lebih berkualitas dengan angka cetane number lebih tinggi, lebih ramah lingkungan dengan angka emisi gas buang yang lebih rendah, serta lebih hemat penggunaan bahan bakar.

"Selain pengolahan minyak sawit di Kilang Dumai, Pertamina juga akan membangun dua standalone biorefinery lainnya yaitu di Cilacap Jawa Tengah, dan Plaju Sumatera Selatan," terang Nicke.

Standalone biorefinery di Cilacap nantinya dapat memproduksi green energy berkapasitas 6.000 barel per hari, sedangkan di Plaju berkapasitas 20.000 barel per hari.

Kedua standalone biorefinery itu akan memproduksi Green Diesel dan Green Avtur dengan bahan baku 100 persen minyak nabati.

Selain Green Diesel, Pertamina juga telah berhasil melakukan uji coba produksi Green Gasoline di Kilang Plaju dan Cilacap sejak 2019 dan pada 2020 sudah mampu mengolah bahan baku minyak sawit hingga sebesar 20 persen injeksi.

"Mengolah minyak sawit menjadi Green Diesel sebenarnya sudah juga dilakukan oleh beberapa perusahaan lain di dunia, namun mengolah minyak sawit menjadi Green Gasoline dalam skala operasional baru pertama kali dilakukan di dunia, dan itu oleh Pertamina," tambah Nicke.

Baca juga: 3 Faktor yang Bisa Menyebabkan Defogger Mobil Jadi Rusak

(Dok. Pertamina) (Dok. Pertamina)

Inovasi Anak Bangsa

Nicke menambahkan produksi Green Diesel D100 itu diproses dengan bantuan katalis yang dibuat oleh putra-putri bangsa sebagai hasil kerja sama Research & Technology Center Pertamina dan Institut Teknologi Bandung (ITB).

"Produksi D100 di kilang Pertamina dengan bahan baku minyak sawit yang melimpah di dalam negeri serta menggunakan katalis Merah Putih menjadi wujud inovasi anak bangsa. Menjadi kebanggaan bagi Pertamina dapat menciptakan solusi untuk Indonesia," katanya.

Pertamina bersama ITB dan PT Pupuk Kujang juga telah menandatangani kerja sama perusahaan patungan (joint venture) untuk membangun pabrik katalis nasional pertama di Indonesia dengan target penyelesaian pada 2021.

Secara global, menurut Nicke, mulai 2030, pertumbuhan energi baru dan terbarukan diprediksi akan lebih tinggi dibandingkan energi fosil.

Oleh karena itu, lanjutnya, sangat tepat, jika sejak saat ini atau 10 tahun sebelumnya, Pertamina telah mulai menyiapkan pabrik katalis Merah Putih ini untuk mewujudkan kemandirian energi nasional.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau