JAKARTA, KOMPAS.com - Meski larangan mudik telah diterapkan oleh pemerintah, namun kenyataannya tak sedikit masyarakat yang masih mencoba-coba untuk tetap memaksakan diri pulang ke kampung halaman.
Bahkan, ada beberapa yang mencoba cara-cara ekstrem agar bisa lolos dari pengecekan polisi. Salah satunya seperti viralnya foto penampakan penumpang yang bersembunyi di dalam bagasi bus antarkota antar provinsi (AKAP) agar bisa melewati titik penyekatan atau pemeriksaan.
Menanggapi fenomena ini, Jusri Pulubuhu, Training Director Jakarta Defensive Driving Consulting (JDDC), menjelaskan bila tindakan seperti itu memang bisa saja terjadi dalam kondisi yang sudah sangat terdesak.
Namun harus diperhatikan bahayanya bila memaksakan diri menjadi penumpang di dalam bagasi.
Baca juga: Dilarang Mudik, Viral Foto Bus AKAP Bawa Penumpang di Dalam Bagasi
"Harus dipikirkan dari sisi kesehatan yang berujung pada dampaknya. Kita mengerti memang kondisinya ini sangat kacau, tapi di satu sisi kita harus pahami bila ruang bagasi itu bukan peruntukannya untuk manusia, tapi barang," ujar Jusri kepada Kompas.com, Minggu (26/4/2020).
Jusri menjelaskan ada bahaya tersembunyi yang bisa saja dialami seseorang ketika memaksakan diri berada di dalam bagasi dalam waktu yang lama. Hal ini harus disadari betul karena dampaknya bisa fatal, bahkan sampai nyawa taruhannya.
Selain karena minim udara yang bisa membuat orang kehabisan oksigen, ruang bagasi pada bus AKAP yang berada di bawah, umumnya juga sangat mudah dimasuki udara tak sehat yang berasal dari emisi gas buang atau CO2.
Baca juga: Kendaraan Pribadi Boleh Melintas Antar-wilayah Jabodetabek, Ini Syaratnya
Sorry for being political here but really. This is what the govt was talking abt. Allowing mudik for informal workers who lost their job. But armchair activists said the govt is allowing the virus to spread to rural areas. So the govt banned it altogether. AND NOW THEY SAID THIS. pic.twitter.com/Ma9tTDzvLZ
— r. ???? (@septmcrs) April 25, 2020
"Kita saja kalau duduk biasa di dalam kabin masih suka mencium bau yang tak nyaman dari gas emisi gas buang, apalagi yang di dalam bagasi dan dalam kondisi mesin hidup dan berjalan. Akan lebih mudah dan pasti sangat pengap," ucap Jusri.
"Meski di dalam bagasi ada beberapa ruang udara atau sirkulasi, tapi itu tidak menjamin lancar. Dampak fatal orang bisa saja yang kekurangan oksigen atau dikenal hipoksia yang membuat badan tak bisa menjalankan fungsinya dengan baik," kata dia.
Baca juga: Waspada. Ini Jam Rawan Curanmor Saat PSBB dan Bulan Puasa
Jusri menjelaskan harusnya sopir bus juga memikirkan dampak terburuknya, karena bila sampai ada kejadian fatal, maka otomatis yang akan menanggung sanksi dan hukumannya adalah pengendaranya
Kejadian ini menurut Jusri harus disikapi dengan baik, bukan tidak mungkin sudah banyak mobil-mobil kecil atau pribadi juga sudah melakukan hal yang sama. Artinya, dari sisi pengawasan yang dilakukan pemerintah juga harus lebih ketat.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.