JAKARTA, KOMPAS.com - Pemerintah memberlakukan pelarangan untuk truk angkutan barang melintas selama 16 hari, sebagai upaya kelancaran lalu lintas selama arus mudik ini.
Dengan segala pro-kontra, akhirnya aturan tersebut diberlakukan yang membuktikan keseriusan pemerintah untuk upaya kelancaran lalu lintas mudik Lebaran 2025.
Baca juga: Update: One Way Diperpanjang hingga Km 210 Tol Palimanan-Kanci
Meski truk dilarang beroperasi, Badan Kehormatan Road Safety Association (RSA) Rio Octaviano, mengatakan, tantangan datang dari pengemudi bus ugal-ugalan.
"Menjadi fakta lapangan, ada beberapa bus menguasai lajur paling kanan, bahkan bus dengan logo Perhubungan di badan kendaraanya," ujar Rio dalam keterangan resmi, Kamis (27/3/2025).
Bus yang berada di lajur kanan meresahkan pengemudi lain. Sebab bus mestinya berjalan di lajur kiri jalan tol.
"Belum lagi, Bus ini berjalan kurang dari kecepatan maksimum di lajur cepat, dan juga berpotensi menjadi lane-hogger, kita bisa bayangkan, mobil kecil yang melakukan lane-hogging saja cukup berbahaya untuk kendaraan lain," katanya.
Baca juga: Mudik Naik Mobil Listrik, Ini Daftar SPKLU di Tol Trans Sumatera
Rio mengatakan, upaya melarang truk beroperasi saat arus mudik dan arus balik sudah baik. Tapi rasanya pembekalan pada sopir bus masih dirasa kurang.
"Menjadi pertanyaan, apakah edukasi atau pembekalan prilaku berkeselamatan juga diberikan saat melakukan seremonial pelepasan bus," katanya.
"Kami selalu menyampaikan bahwa keselamatan jalan tidak dapat dilihat secara parsial, harus dipandang secara komprehensif, dengan memperhatikan beberapa aspek, salah satu yang cukup dominan adalah perilaku berkendara," ujarnya.
Rio mengatakan, bus yang berada di lajur kanan membuat mobil lain di belakangnya tidak dapat melihat ke depan.
Baca juga: Power Ranger Banyak Gaya, Ugal-ugalan Berujung Kecelakaan
"Secara teori berkendara berkeselamatan adalah, salah satunya dapat melihat kondisi lalu lintas di sekitar dari kendaraan tersebut," ujar Rio.
"Untuk antisipasi ketika kita berkendara, minimal dapat melihat 2-3 kendaraan di depan kita, lalu apa yang terjadi, ketika ada kendaraan besar di lajur paling kanan sehingga menghalangi pandangan?," katanya.
"Yang pasti ada beberapa aspek yang menjadi tidak optimal, salah satunya adalah reaksi pengendara," kata Rio.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.