Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Polemik Ganti Emblem dan Efek Industri Esemka

Kompas.com - 11/09/2019, 12:25 WIB
Stanly Ravel,
Agung Kurniawan

Tim Redaksi

Tapi dia pun cukup fair menjelaskan, bila memang ada beberapa mobil dari luar yang dijadikan sumber inspirasi untuk beberapa model produksi Esemka di Indonesia.

Namun yang perlu di garis bawahi, sumber inspirasi yang dimaksud bukan berarti benar-benar diiterapkan serupa dengan produk yang ada.

"Bila hanya mau ganti emblem, buat apa kami sampai bangun pabrik dan menyediakan semua fasilitas untuk produksi. Jadi memang ada inspirasi yang kita tiru, tapi kita juga lakukan pengembangan lagi. Artinya, di situ kita juga ikut memproduksi dan ada transfer teknologi," ucap Joko.

Efek Industri

Berdirinya pabrik Esemka di Demangan, Kabupaten Sambi, Boyolali, Jawa Tengah, secara tak langsung menjadikan PT Solo Manufaktur Kreasi sebagai pabrik otomotif perdana di Jawa Tengah.

Menanggapi soal ini, rasanya tak pantas bila hanya melihat dari kaca mata produknya saja, tapi juga harus dari sisi dampak industrinya sendiri terhadap kehidupan masyarakat sekitar ataua multiplier effect. Terutama dari pergerakan perekonomian sekitar.

Baca juga: Bedah Daftar Pemasok Komponen Esemka Bima

Contohnya seperti penyerapan tenaga kerja yang sebagian diambil dari Desa Demangan, mengingat pabrik ini berdiri di lahan sewa tanah kas Desa yang dulunya menjadi kebun tebu selama 30 tahun.

Humas PT Solo Manufaktur Kreasi Sabar Budi, menjelaskan dari 179 karyawan di pabrik Esemka yang ada saat ini, 35 orang berasal dari Demangan. Sementara sisanya sekitar 86 persen dari Boyolali dan Solo.

Baca juga: Menilik Isi Pabrik Esemka di Boyolali

Selain membuka lapangan pekerjaan, hadirnya pabrik Esemka juga berpengaruh pada segi properti dengan melambungnya harga tanah di area tersebut dibandingkan seblum ada pabrik Esemka.

"Sekarang di sini (Demangan) yang bagi depan (dekat dengan jalan) kisarannya bisa sampai Rp 2,5 juta per meter persegi, sebelum ada pabrik itu hanya Rp 500.000 sampai Rp 700.000 saja, kalau di belakan dari Rp 60.000 sekarang jadi Rp 500.000 per meternya," ujar Sabar.

Tidak hanya itu, harga sewa indekos dan rumah juga ikut terkerek naik. Dulu karyawan magang Esemka yang difasilitasi rumah tinggal dan kos-kosan menurut Budi tak sampai jutaan, tapi saat ini sudah lebih dari Rp 2 juta per 25 harinya..

Baca juga: Mengapa Esemka Selalu Menutup Diri?

Bakan Menteri Perindustrian (Menperin) Airlangga Hartarto juga ikut membeberkan kehadiran Esemka ikut memberikan dampak bagi industri otomotif sekitar, salah satnya di Ceper, Jawa Tengah.

"Khusus Esemka juga ikut berperan memberikan efek pekerjaan pada industri, seperti di Ceper yang bisa membuat disk brake dengan casting di sana. Industri di Ceper selain menyuplai untuk Esemka, juga menyuplai ke Toyota dan industri lainnya seperti Panasonic," ujar Airlangga beberapa waktu lalu.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Berikan Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi Akun
Proteksi akunmu dari aktivitas yang tidak kamu lakukan.
199920002001200220032004200520062007200820092010
Data akan digunakan untuk tujuan verifikasi sesuai Kebijakan Data Pribadi KG Media.
Verifikasi Akun Berhasil
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau