Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 14/08/2019, 07:02 WIB
Stanly Ravel,
Agung Kurniawan

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Meski sudah terendus sejak lama, tapi kejelasan soal kabar kehadiran Esemka sempat abu-abu. Bahkan saat Kompas.com mencoba menyambangi pabriknya di Boyolali, Jawa Tengah, pertengahan 2018 lalu, pihak PT Solo Manufaktur Kreasi, malah tidak merespons.

Situasi ini kemudian memicu rasa penasaran yang berimbas opini subyektif. Mulai dari yang beranggapan Esemka sebagai produk misterius sampai persepsi hanya sebagai kendaraan politik karena sempat muncul kembali ketika pemilu pilpres terakhir.

Menanggapi hal tersebut, Presiden Direktur PT Solo Manufaktur Kreasi Eddy Wirajaya, menjelaskan bila sikap terutup Esemka pada saat lalu tidak bermaksud untuk menghindar, melainkan memang sedang mempersiapkan menuju proses produksi.

Baca juga: Total Investasi Esemka Rp 600 Miliar Tanpa Ada Campur Tangan Jokowi

"Sebenarnya kita tidak memiliki tujuan untuk itu (menutup diri), tapi kita sedang mempersiapkan dan melengkapi semuanya. Kita mau saat sudah siap baru kita undang," ujar Eddy kepada beberapa media di Kuningan, Jakarta Selatan, Selasa (13/8/2019).

Suasana di halaman pabrik Esemka di Boyolali, Jawa Tengah.Fitri Oktarini/KOMPAS TV Suasana di halaman pabrik Esemka di Boyolali, Jawa Tengah.
Eddy mengatakan, selama ini pihak perusahaan menahan diri untuk terbuka karena alasan menunggu waktu yang tepat. Terlebih pada tahun lalu ragam publikasi juga sedang ramai-ramainya dengan isu politik jelang pemilu.

"Kalau seperti kemarin kita undang pada momen politik, malah jadinya simpang siur, dan kita tidak mau jadi bagian dari itu. Saya mohon maaf atas ketidaknyamanannya kemarin, tapi kita tidak maksud terlihat misterius atau tertutup," kata Eddy.

Pabrik Esemka

Pabrik Esemka yang berada di Desa Demangan, Boyolali, Jawa Tengah, sudah sempat mulai memproduksi mobil, akhir Maret 2019. Dalam tayangan progam Cerita Indonesia di Kompas TV yang tayang Jumat (29/3/2019), memperlihatkan hampir seluruh proses produksi mobil, mulai dari merangkai mesin, sasis, sampai tenaga kerjanya yang rata-rata diisi oleh lulusan sekolah menengah kejuruan (SMK).

Program ini pun dibuat untuk menjawab beragam hoaks yang mengatakan Esemka itu fiktif. Dalam program tersebut terlihat rata-rata mobil yang diproduksi berjenis pikap sama dengan yang beberapa bulan sebelumnya Kompas.com lihat saat bertandang ke sana.

Baca juga: Ini Mobil Esemka yang Sudah Siap Meluncur

Sosok pikap kabin ganda milik Esemka di pabrik Boyolali, Jawa Tengah.Fitri Oktarini/KOMPAS TV Sosok pikap kabin ganda milik Esemka di pabrik Boyolali, Jawa Tengah.

 

Selain perakitan, pabrik Esemka pun memiliki fasilitas tes jalan untuk menguji kendaraan yang selesai diproduksi.

Pada kesempatan tersebut, Manajer Produksi PT Solo Manufaktur Kreasi Dias Iskandar Saputra mengatakan, pabrik Esemka terbagi dalam beberapa bagian untuk proses produksi dan dua perakitan jenis mesin, yakni diesel dan bensin.

"Di pabrik ini kami ada diesel line, gasoline line, monocoque line, lalu nanti yang akan datang itu ada welding dan body painting. Untuk diesel difungsikan merakit mesin diesel 1.8 L, 2.5L, dan 2.7L, untuk yang bensin itu untuk kapasitas 1.2 (liter) dan 1.3 (liter)," ucap Dias.

Menurut Dias, dari kapasitas produksi, pabrik Esemka mampu menghasilkan 40 mobil per hari. Produksi saat ini pun dilakukan pada dua model prototipe, yakni jenis pikap 1.200 cc dan 1.300 cc, dengan kandungan komponen lokal yang diklaim mencapai 60 persen. 

Baca juga: Pabrik Esemka Mampu Produksi 40 Mobil per Hari

Suasana pabrik Esemka di Boyolali, Jawa Tengah.Fitri Oktarini/KOMPAS TV Suasana pabrik Esemka di Boyolali, Jawa Tengah.

Bukan Presiden yang Bikin Esemka Kedua model kendaraan niaga ringan tersebut diketahui bernama Bima yang dulu sudah pernah melakukan uji tipe di Balai Pengujian Laik Jalan dan Sertifikasi Kendaraan Bermotor (BPLJSKB), bahkan sudah mengantongi Surat Uji Tipe (SUT).

Tidak hanya itu, pada kesempatan yang sama Humas PT Solo Manufaktur Kreasi Sabar Budhi ikut menjelaskan, untuk Bima 1.2 dan 1.3 nanti akan dipasarkan di pedesaan sebagai kendaraan niaga, bahkan diklaim sudah mengantongi izin produksi massal dan sudah lulus emisi. 

"Pengelola investasi kami pihak swasta murni, tapi kami juga mendapat dukungan dari pemerintah, seperti dari segi legalitas dan perizinan. Target ke depan kami ingin menjadi perusahaan yang dapat menjadi wadah bagi lulusan SMK dan universitas politeknik di Indonesia," ucap Budhi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com