Salah satunya adalah Tony Setiabudi (70) yang mendapatkan banyak informasi baru tentang sejarah Tanah Abang. Baginya, kawasan yang kini menjadi pusat tekstil terbesar se-Asia Tenggara itu menyimpan banyak cerita. Ia pertama kali menginap di losmen Tanah Abang saat hendak mendaftar menjadi mahasiswa di Universitas Baperki, kini bernama Universitas Trisakti.
”Beberapa hal yang disampaikan Sven adalah masukan baru bagi saya yang sangat tertarik belajar sejarah, terutama soal budaya Tionghoa peranakan,” ungkap Tony, yang berprofesi sebagai psikiater.
Putra (13), siswa kelas VII sekolah menengah pertama di Jakarta Selatan, juga merasa senang bisa mendengarkan cerita sejarah sembari melihat lokasinya. Menurut dia, belajar sejarah dengan metode ini lebih mudah diserap. Ia pun sudah enam kali bergabung dalam acara tur sejarah yang digelar Sahabat Museum.
Kopi darat
Secara rutin, Sahabat Museum menggelar tur sejarah bertajuk ”Plesiran Tempo Doeloe”. Dari 2003-2015, Sahabat Museum sudah 128 kali menggelar tur bersejarah. Komunitas ini menelusuri jejak sejarah, mulai dari Jakarta, Banda Neira, hingga Belanda. Sistem keanggotaan komunitas ini juga bersifat cair. Di forum mailing list dan akun Facebook tercatat ada 5.000 anggota komunitas. Mereka biasa bertemu dalam forum Plesiran Tempo Doeloe dan Pintong (Pindah Tongkrongan).