Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
"Success Story" Warih Andang Tjahjono, Wakil Presiden Direktur TMMIN [Habis]

Warih, "Wong Deso" yang Berhasil Jadi Bos TMMIN

Kompas.com - 27/02/2015, 14:36 WIB
Azwar Ferdian

Penulis

Kehidupan ini sangat indah. Tak semua perjalanan hidup manusia berjalan dengan mulus. Tentu banyak rintangan dan hambatan dalam meraihnya. Kuncinya adalah kesabaran, keteguhan hati, memiliki prinsip yang kuat, jujur, apa adanya, dan selalu melakukan inovasi. Di balik kesuksesan seseorang, ada kisah-kisah mengharukan dan menyedihkan. Semua itu adalah proses yang harus dilalui. Mulai hari ini, Kompas.com menurunkan serial artikel "Success Story" tentang perjalanan tokoh yang inspiratif. Semoga pembaca bisa memetik makna di balik kisah.

Jakarta, KompasOtomotif - Babak baru perjalanan hidup seorang Warih Andang Tjahjono dimulai setelah resmi bergabung dengan Astra Grup (Toyota). Kisah sukses edisi kali ini akan bercerita perjalanan karier Warih di bawah bendera Astra mulai dari bukan siapa-siapa, sampai bisa menjabat sebagai Wakil Presiden Direktur PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN).

Warih mulai bekerja di Toyota Juli 1989, tanpa bekal pengalaman pernah bekerja sebelumnya. Pria kelahiran 11 Juni 1963 ini langsung diterima di Astra Grup usai menyelesaikan kuliahnya di Teknik Kimia, Universitas Diponegoro, Semarang. Latar belakang pendidikan dengan pekerjaan yang akan digelutinya nanti dinilai berbeda.

"Pendidikan dengan pekerjaan sangat berbeda, saya sempat berpikir kerja apa nanti di Astra. Temen satu angkatan saya malah tidak ada yang lulusan teknik kimia. Tapi setelah berjalan, ada GM Engineering Service yang juga lulusan Teknik Kimia UGM. Beliau bilang, tidak penting teknik kimia, mesin atau elektro, tapi yang penting adalah logika berpikir sebagai orang teknik. Pekerjaan di industri apapun akan saling berhubungan dengan logical teknik sebagai insinyur. Semenjak itu saya optimis bisa bekerja di sini," ujar Warih bercerita kariernya dengan Toyota.

Warih tidak pernah menolak pekerjaan yang diberikan kepadanya. Meskipun minim pengalaman, saat pimpinan bilang kerjakan sesuatu yang berhubungan dengan mesin pasti dia langsung kerjakan. "Jadi saat pertama kali masuk Toyota, saya langsung praktek saja. Konsekuensinya, saya pulang lebih akhir daripada teman lainnya karena saya berpikir harus bisa menyelesaikan setiap pekerjaan apapun risikonya, termasuk sering pulang terlambat," ujarnya.

Menurut Warih, poin utama dalam awal-awal bekerja adalah praktik dan jangan mengeluh. "Jadi orang itu harus mau bekerja, jadilah orang yang praktisi dan jangan mengeluh soal tugas yang diberikan. Kalau belum-belum saja kita sudah mengeluh, maka akan susah untuk berkembang," lanjut Warih.

Dino Oktaviano/Kompas.com Warih Andang Tjahjono, Wakil Presiden Direktur PT TMMIN
Tersesat di Jepang

Setelah enam bulan berjalan, perusahaan mengirim Warih ke Jepang untuk belajar lebih dalam mengenai semua hal terkait pekerjaan. Buat Warih, ini adalah pengalaman pertama ke luar negeri. Segudang pertanyaan langsung hadir di otaknya bagaimana bisa hidup di luar negeri.

"Januari 1990 saya dikirim ke Jepang, saat itu saya tergabung dalam satu grup yang berisi 10 orang. Itu menjadi grup peryama yang dikirim ke jepang dalam waktu jangka panjang. Jadi saya ditugaskan belajar langsung di principal selama satu tahun, dari Januari sampai Desember. Lucunya, yang tergabung dalam satu grup itu adalah orang-orang tipe saya. Kita itu pertama kali keluar negeri, pertama kali punya paspor, sampai-sampai tidak bisa membayangkan Jepang itu seperti apa," beber Warih.

"Pengalaman unik pertama kali saat menginjakkan kaki di Jepang adalah tersesat. Jadi pertama kali sampai di Tokyo, kita bertiga ini terlalu kagum dengan Tokyo. Sampai, karena asyiknya menikmati kota kami tercecer dari rombongan. Panik luar biasa saat itu, karena baru pertama keluar negeri dan langsung tersesat. Beruntung teman saya ada yang bisa bahasa Jepang, dan kami berinisiatif menuju ke Kedutaan Besar Indonesia di Tokyo, sampai bisa bertemu lagi dengan rombongan," ujar Warih sambil tertawa mengingat kejadian tersebut.

Proses adaptasi dengan kehidupan di Jepang juga menjadi masalah tersendiri. Mulai masalah cuaca dingin, alas tidur, sampai cara mandi harus menjadi kerikil kecil yang harus dilewati Warih selama berada di negara orang.

"Kalau kita tidur itu pakai tatami (semacam tikar), dan itu tikar yang sudah rusak, jadi gatal sekali kalau tidur. Lalu juga saat itu melewati musim dingin, memang di kamar ada penghangat, ternyata penghangat itu hanya hidup sampai jam 12 malam. Sesudah itu mati, akhirnya dari jam 12 malam sampai pagi saya tidak bisa tidur sampai pagi. Terakhir yang paling krusial adalah masalah mandi. Di sana kan memang biasa mandi bersama-sama dalam satu kolam, karena apartemennya memang tidak ada kamar mandi. Saya risih mandi kok bareng-bareng dengan orang lain, mau buka celana saja sudah bingung. Saya akali datangnya lebih dulu atau datang paling belakang. Ini yang namanya wong deso pergi ke Jepang, jadi banyak hal aneh yang jadi cerita."

Bikin pabrik Karawang

Setelah pulang dari Jepang, Warih langsung bertugas sebagai engineer pada 1995. Tugasnya mengurusi dua area yakni painting dan assembling. Hingga pada satu saat Toyota berencana membangun pabrik di Karawang. Warih ditugaskan menjadi sekertaris proyek yang mengurusi semua hal seperti pemilihan lokasi, perancangan bangunan, sampai semua mulai berjalan di tahun 1996.

"Tugas ini menjadi pengalaman pertama saya keluar dari pekerjaan rutin sebagai engineering. Saya mulai berinteraksi dengan manajemen, seperti mengurus izin, berhubungan dengan pemasok, atau pekerjaan lain yang sifatnya eksternal. Awalnya agak kurang bisa menikmati, tapi semua harus saya lakukan dengan maksimal."

Warih pun mulai terbiasa berinteraksi dengan direktur atau dengan principal (TMC), yang membuatnya harus luwes dalam bersikap. "Saya harus bisa bernegosiasi karena saya berhubungan dengan banyak orang di manajemen. Setelah proyek pabrik selesai, saya pegang produksi dan mulai berubah menjadi assisten manajer sekitar 1996-1997, artinya mulai berkecimpung dengan pekerjaan manajerial."

Masalah cukup besar yang pernah dihadapi adalah saat krisis moneter (krismon) 1998. Kala itu semua sektor termasuk otomotif terkena dampak krisis. Banyak rekan sejawatnya yang memilih keluar karena badai krismon ini. Warih pun harus mencari cara bagaimana mengelola orang agar motivasi bekerja tetap tinggi.

Halaman Berikutnya
Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau