Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
"Success Story" Warih Andang Tjahjono Wakil Presiden Direktur TMMIN

Petromaks Terangi Jalan Hidup Warih Gapai Kesuksesan di TMMIN

Kompas.com - 24/02/2015, 11:57 WIB
Azwar Ferdian

Penulis

Kehidupan ini sangat indah. Tak semua perjalanan hidup manusia berjalan dengan mulus. Tentu banyak rintangan dan hambatan dalam meraihnya. Kuncinya adalah kesabaran, keteguhan hati, memiliki prinsip yang kuat, jujur, apa adanya, dan selalu melakukan inovasi. Di balik kesuksesan seseorang, ada kisah-kisah mengharukan dan menyedihkan. Semua itu adalah proses yang harus dilalui. Mulai hari ini, Kompas.com menurunkan serial artikel "Success Story" tentang perjalanan tokoh yang inspiratif. Semoga pembaca bisa memetik makna di balik kisah.

Jakarta, KompasOtomotif — PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) adalah perusahaan mapan yang berada di bawah grup besar Toyota Motor Corporation (TMC), Jepang. TMMIN memiliki tugas besar sebagai perakit produk-produk Toyota dan juga sebagai eksportir kendaraan serta suku cadang Toyota.

Dalam menjalankan kegiatan serta operasi perusahaan yang memiliki cakupan besar, tentu dibutuhkan sosok-sosok tangguh, bertangan dingin, dan mempunyai jam terbang pengalaman manajemen yang mumpuni. Salah satu sosok itu adalah Warih Andang Tjahjono yang duduk di posisi penting di level atas manajemen, yakni Vice President Director TMMIN.

Sosoknya kalem dan sederhana, bahkan kesederhanaan pria asli Jawa Tengah ini tetap terjaga meski sudah menjabat sebagai wakil presiden direktur perusahaan sebesar TMMIN. Pagi yang mendung di Sunter, Jakarta Utara, tidak menyurutkan semangat Warih untuk tetap bekerja meski kawasan ini kerap dilanda banjir bila hujan turun dengan intensitas tinggi.

Dino Oktaviano/Kompas.com Warih Andang Tjahjono, Wakil Presiden Direktur PT TMMIN
"Silakan masuk, kebetulan pagi ini hujan deras seakan menyambut kita untuk berbincang santai," ujar Warih menyambut kedatangan KompasOtomotif di ruang kerjanya yang tertata rapi dengan beberapa tumpukan dokumen pekerjaan yang sedang diselesaikan. Beberapa bingkai foto aktivitas hobinya, seperti bermain sepeda dan sepak bola, terpajang di dinding. "Saya memang hobi sepak bola dan sepeda, tapi kemarin sempat cedera. Jadi sekarang stop dulu dari hobi tersebut," jelas Warih membuka pembicaraan.

Matanya seolah menerawang untuk mengingat masa kecil yang sederhana tetapi bahagia di Kota Pati, Jawa Tengah. "Saya lahir 11 Juni 1963 di Pati, kota kecil di Jateng. Ibu saya kebetulan asli sana, sedangkan ayah saya asli Sragen yang merantau di Pati. Saya lahir dan tumbuh di keluarga yang sangat biasa, yang saya ingat saat kecil adalah sering bermain lori (kereta kecil pengangkut tebu) sambil mengambil batang-batang tebu itu untuk disantap, itu menyenangkan."

Usia lima tahun, Warih hijrah ke Kota Solo karena mengikuti sang ayah yang berpindah tugas ke Solo. Warih juga memulai pendidikan dari TK, SD, SMP, sampai SMA di Kota Solo. Dia sempat terdiam untuk mengingat kembali masa kecilnya yang penuh kesederhanaan, tetapi kaya akan pelajaran penting yang kelak bermanfaat di masa depan.

Petromaks

"Hidup saya sangat biasa dari keluarga yang sederhana. Bahkan bisa dibilang keluarga saya hidup benar-benar dari nol sampai bisa mencapai level tertentu. Kenapa dari nol, contohnya begini, rumah saya baru ada listrik saat saya SMP, karena bapak ketika itu memang baru mampu pasang listrik. Jadi, saat SD, saya belajar dengan penerangan dari petromaks. Lalu, kami terbiasa makan telur dibagi lima. Itu bukan dongeng, tapi memang kenyataan yang saya alami."

Karena tidak punya barang-barang mewah seperti elektronik, Warih kecil juga terbiasa menumpang menonton televisi di tetangga atau kerabat yang sudah mempunyai televisi. "Tapi, saat itu nonton TV pakai aki, jadi kalau filmnya sedang bagus terus akinya habis, layarnya makin lama mengecil, itu lucu sekali," lanjut Warih sambil tertawa.

Dino Oktaviano/Kompas.com Warih Andang Tjahjono, Wakil Presiden Direktur PT TMMIN
Tempaan hidup sederhana masih terus dirasakan saat menginjak kursi sekolah menengah pertama (SMP). Warih berhasil masuk SMP Negeri 4 Solo, yang lokasinya berada di tengah kota, atau jauh dari tempat tinggal dan setiap hari menggunakan sepeda untuk pergi ke sekolah.

"Jarak rumah ke sekolah itu sekitar 7 kilometer. Sebenarnya jarang terlambat, tapi kalau terlambat biasanya juga tidak dihukum guru. Kenapa tidak dihukum? Karena setiap sedang mengayuh sepeda, pasti guru saya melihat dan menyapa saya di jalan. Saya langsung minta maaf kalau terlambat."

Orang kaya

Jenjang pendidikannya berlanjut ke SMA Negeri 1 Solo, yang menjadi SMA paling favorit di kota kelahiran Presiden RI Joko Widodo tersebut. SMA itu juga biasanya berisikan siswa-siswa orang berada, ini menjadi pengalaman baru bagi Warih untuk bisa berasimilasi dengan teman-teman dari kalangan orang kaya.

"Itu sekolahnya orang kaya, tapi saya jadi bagian orang paling susah. Terkadang nelangsa, tapi saya kebanyakan cuek. Dari situ saya mengerti kehidupan tinggi, walau kehidupan saya jauh dari tinggi. Saya bergaul dengan teman-teman orang kaya dan bisa diterima oleh mereka. Jadi saya tidak heran dengan tingkah polah orang kaya."

"Pelajaran yang bisa saya dapat adalah, orangtua saya memang susah, tapi mereka tidak pernah membebani anak-anaknya atau mengeluh dengan kata susah. Itu yang sekarang sering saya transfer ke anak-anak. Jangan memberikan beban seperti mengatakan kepada anak bahwa kita itu orang susah," lanjut Warih.

Selepas SMA, Warih memilih dua universitas ternama, yakni ITB Bandung dan Universitas Diponegoro, Semarang, dengan Jurusan Teknik Kimia. Masa kuliah juga diwarnai dengan mulai adanya perubahan dalam kondisi ekonomi keluarga. Bagaimana kisah selanjutnya perjalanan hidup seorang Warih Andang Tjahjono dari kuliah sampai bisa masuk ke Astra Group? Ikuti kelanjutan Success Story ini. Bersambung.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com