"Ternyata, selama ini kita (Indonesia) belum mengenal seperti apa industri otomotif di Australia begitu juga sebaliknya," beber Budi Darmadi di Jakarta Selatan, Senin (23/6/20140. Dalam kesempatan itu, perwakilan Kemenperin melakukan presentasi atas kondisi industri otomotif Indonesia, yang sudah berhasil menjadi basis produksi dan mengekspor kendaraannya ke lebih dari 80 negara di dunia.
Aksi bujukan relokasi produksi ke Indonesia dilancarkan karena sejumlah pabrikan otomotif global, seperti Ford, General Motors, dan terakhir Toyota sudah memastikan akan menghentikan aktivitas produksi di Negeri Kanguru. Ongkos produksi yang sudah tidak kompetitif membuat para prinsipal memutuskan berhenti paling lambat mulai 2016.
Pemerintah Australia juga sudah mengumumkan tidak akan memasukkan otomotif sebagai fokus utama produksi di masa depan. Artinya, Australia hanya akan mengimpor kendaraan dari luar negeri dengan total pasar berkisar 900.000 hingga 1 juta unit per tahun.
Komponen
Dijelaskan, ada sekitar 150 perusahaan komponen otomotif di Australia dengan kemampuan manufaktur berteknologi tinggi. Sebagain besar perusahaan bahkan sudah memiliki basis produksi komplet dari hulu ke hilir, dan ditopang dengan pusat riset serta pengembangan yang mumpuni.
"Mereka bikin jok saja pake diuji tes tabrak segala. Artinya, perusahaan komponen di sana ternyata sudah berteknologi tinggi semua, ini yang belum kami ketahui," beber Budi. Tapi, dengan berhentinya pabrik perakitan mobil, artinya keberlangsungan usaha mereka jadi terancam gulung tikar.
Sayang, para pebisnis komponen otomotif ini tidak mengenal Indonesia sebagai salah satu negara basis produksi mobil di dunia. Mereka justru lebih mengenal Malaysia ketimbang Indonesia. "Kami jelaskan, kalau setiap tahun produksi mobil di Indonesia itu sudah tiga kali lipat dari Malaysia dan mereka cukup terkejut," beber Budi.
Mitra lokal
Untuk menangkap kesempatan ini, Direktur Industri Alat Transportasi Darat Soerjono, yang juga ikut dalam rombongan ke Australia mencoba membujuk para perusahaan komponen itu untuk dicarikan mitra lokal dari Indonesia. Dengan langkah ini, pemerintah Australia tidak akan tersinggung karena pabrik komponen tetap bisa menjaga tenaga kerjanya, tetapi bisa mencari pasar baru di Indonesia.
"Kami membujuknya supaya bisa masuk Indonesia untuk merakit komponen, tapi kegiatan sub-komponennya masih bisa dikerjakan di Australia. Tujuannya, supaya angkatan kerja di Australia tetap terjaga, Indonesia juga bisa menangkap investasi komponen," beber Soerjono.
Berbagai komponen yang diproduksi di Australia relatif beragam, antara lain produsen jok, dasbor, kopling, dan lain sebagainya.