Beda dari cicilan biasa yang angka angsurannya tetap sepanjang tenor, skema ballon payment membuat pembayaran cicilan ringan selama tenor tertentu kemudian sisa hutang dilunasi belakangan.
Ada beberapa cara yang bisa ditawarkan perusahaan pembiayaan (leasing) untuk pelunasan, yakni memperpanjang cicilan, bayar lunas, atau trade-in dengan mobil baru.
Setiawan Surya, Deputy Managing Director SIS, menjelaskan, pada skema ballon payment memang terlihat ringan di awal. Misalnya cicilan selesai dua sampai tiga tahun, namun konsumen harus menyesuaikan kondisi keuangan untuk pelunasan.
Pola seperti itu dinilai tidak efisien. Menurut Setiawan lebih efektif bila konsumen mengambil tenor panjang dari leasing ketimbang ballon payment.
“Memang kami di Suzuki menghindari sebetulnya ballon payment, karena kalau dihitung biaya. terlihat ringan di awal, tetapi ternyata sisa hutangnya masih besar, jadi misalnya dia harus memperpanjang lagi,” kata Setiawan.
Meski menghindari, Setiawan mengatakan konsumen bisa saja mendiskusikan cara pembayaran ballon payment dengan pihak leasing,. Namun, ballon payment tidak ditawarkan dalam paket reguler yang ditawarkan.
“Kalau ditanya bisa apa enggak ya bisa. Ini istilahnya di luar paketan kredit tinggal bicara dengan leasing. Tapi bukan paket, lebih individu,” ucap Setiawan.
https://otomotif.kompas.com/read/2018/05/15/092200515/suzuki-hindari-cicilan-model-ballon-payment-