Jakarta, KompasOtomotif - Tingginya angka kecelakaan lalu lintas rupanya belum menyadarkan para pengguna kendaraan, khususnya pengguna sepeda motor. Hal ini bisa dilihat dari realitas kehidupan sehari-hari, mulai dari bentuk pelanggaran di jalan raya, sampai penggunaan perlengkapan berkendara yang kurang atau tidak sesuai.
Bukan hanya itu, bila dijabarkan secara detail sebenarnya cukup banyak sikap dan prilaku yang sudah menyalahi aturan. Parahnya lagi sudah sampai menggangu kenyamanan dan keamanan pengguna jalan lain.
Menanggapi hal ini, Jusri Pulubuhu, Training Director sekaligus pendiri Jakarta Defensive Driving Center (JDDC), menjelaskan kondisi pelanggaran saat ini sudah sangat kronis.
"Intinya kerena ada efek pembiaran dulunya, yang lanjut menjadi budaya yang salah. Pelanggaran lalu lintas banyak bentuknya, bukan sekadar menerobos lampu merah atau lawan arah, cara berkendara dan atribut yang tidak sesuai juga sudah termasuk," kata Jusri saat berbincang dengan KompasOtomotif, Rabu (8/3/2017).
Bila merujuk dari dari data World Health Organization (WHO), tingginya angka kematian akibat kecelakaan sudah makin kritis. Pada 2015, sekitar 1,25 juta orang meninggal per tahun, dengan rincian satu orang meninggal setiap 25 detik di seluruh dunia, hal ini diklaim makin meningkat setiap harinya.
Untuk menanggani hal ini, lanjut Jusri, harus dilakukan oleh semua elemen. Paling utama dari lingkungan terdekat, seperti kepala keluarga, kakak-adik, baru berlanjut ke penegak hukum, pemerintah, sampai pemimpin tertinggi negara.