Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Avanzanation Journey 2014 [Tengah]

Keanekaragaman Sejarah dan Budaya di Semarang

Kompas.com - 03/03/2014, 12:40 WIB
Agung Kurniawan

Penulis

Semarang, KompasOtomotif - Masih di Semarang, Jawa Tengah, (1/3/2014) tim Avanzanation Journey 2014 terus melanjutkan perjalanan di dalam kota. Ada beberapa tempat bersejarah menarik yang menggambarkan asal-usul keanekaragaman budaya di Kota Lumpia.

Tujuan pertama, Klenteng Sam Poo Kong, di sebelah barat daya kota, tepatnya di Jalan Simongan Semarang. Selain menjadi tempat ibadah penganut Konghucu terbesar di Semarang, tempat ini juga punya sejarah menarik sehingga kerap dikunjungi wisatawan lokal maupun asing.

Laksamana Cheng Ho
Bangunan ini menjadi saksi sejarah hadirnya Laksamana Zheng He atau Cheng Ho asal China yang menelusuri Laut Jawa untuk tujuan politik dan dagang. Karena awak kapal sakit, ia memutuskan untuk bersandar di satu desa, Simongan. Merasa kerasan, ia memutuskan untuk menetap beberapa hari di tempat ini.

Ketika ia memutuskan untuk melanjutkan perjalanan, banyak awak kapalnya yang menikah dengan warga setempat dan menetap di Simongan. Ini menjadi asal-usul banyaknya warga keturunan Tionghoa di tempat ini. Untuk mengenang jasa-jasa Laksamana Zheng He, penduduk setempat mendirikan Klenteng ini yang berlokasi di sekitar gua.

Menariknya, klenteng ini sudah melebur dengan budaya Jawa, terlihat dari beberapa tempat pemujaan yang bernama khas jawa. Misalnya, Kyai Juru Mudi, Kyai Jangkar, Kyai Cundrik Bumi, dan Mbah Kyai Tumpeng. Juga ada gua dengan mata air yang dipercaya menjadi petilasan (bekas tempat persinggahan pertama) dan dibangun sebagai duplikat tempat yang pernah ditinggali sang laksamana.
Gereja Blenduk
Rombongan lantas mengarah ke kawasan kota tua, di Jalan Letjen Suprapto 32, mengunjungi Gereja Blenduk yang dipercaya sebagai tempat ibadah tertua di Jawa Tengah, dibangun sejak 1753. Sesuai masanya, Belanda yang menjajah Indonesia membangun gereja ini dengan bentuk bangunan persegi delapan (heksagonal).

Gereja Blenduk dibangun pada 1750-1753 oleh arsitek HPA De Wilde dan W Westmaas serta digunakan sebagai gereja Nederlandsche Indische Kerk. Gereja ini sudah mengalami tiga kali renovasi, yakni pada 1753, 1894, dan 2003. Kondisi bangunan telihat megah, terawat apik, masih seperti bentuk asli. Nama Blenduk lahir dari julukan warga sekitar yang melihat bentuk kubah gereja yang menggelembung dan dilapisi perunggu. Tapi, nama sebenarnya adalah Gereja GPIB Immanuel.
Lawang Sewu
Lokasi selanjutnya adalah Lawang Sewu. Seolah menjadi tempat wajib bagi semua pelancong yang datang ke Semarang. Nama bangunan ini melejit setelah tayangan uji nyali salah satu televisi swasta di Indonesia. Konon, banyak menyimpan misteri karena syarat akan sejarah kelam di masa lalu. Ketika Jepang masuk Indonesia banyak terjadi pembantaian warga Belanda yang mendiami gedung ini. Di bawah gedung, ada penjara yang biasa menjadi tempat penyiksaan dan eksekusi tawanan.

Awalnya, Lawang Sewu merupakan pusat kantor pengelola layanan kereta api swasta milik Belanda, Nederlands-Indische Spoorweg Maatschappij (NIS), dibangun 1904-1907. Lokasinya strategis di depan bundaran Tugu Muda atau Wilhelminaplein. Nama Lawang Sewu (seribu pintu) dijuluki masyarakat sekitar karena bangunan terlihat punya banyak pintu masuk. Kenyataannya, pintu yang ada tidak sampai seribu. Bangunan ini memiliki banyak jendela yang tinggi dan lebar, sehingga masyarakat sering menganggapnya sebagai pintu (lawang).

Pada masa perjuangan, Lawang Sewu juga menjadi saksi bisu Pertempuran lima hari di Semarang (14 Oktober - 19 Oktober 1945). Gedung tua ini menjadi lokasi pertempuran yang hebat antara pemuda Angkatan Muda Kereta Api (AMKA) melawan Kempetai dan Kidobutai, Jepang. Melihat nilai sejarah yang tinggi, maka Pemerintah Kota Semarang memasukan Lawang Sewu sebagai salah satu dari 102 bangunan kuno yang patut dilindungi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com