Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Avanzanation Journey 2014 [Tengah'

Wisata Religi Avanza di Kota Wali

Kompas.com - 01/03/2014, 12:03 WIB
Agung Kurniawan

Penulis

Demak, KompasOtomotif - Avanzanation Journey 2014 wilayah Indonesia Tengah kembali melanjutkan perjalanan dari Ambarawa menuju Demak. Tujuan kali ini terasa lebih mendalam karena syarat dengan nilai sejarah dan religi.

Petualangan kali ini, adalah menyusuri kemegahan Kerajaan Islam tertua di Pulau Jawa, Kerajaan Glagahwangi Bintoro Demak. Lokasi pertama yang dikunjungi adalah Masjid Agung Demak di Kauman - Desa Gelagah Wangi, Kabupaten Demak, Jawa Tengah. Ada dua alasan mengapa rombongan ke tempat ini. Pertama, untuk menjalankan ibadah shalat Jumat berjamaah. Kedua, untuk menyaksikan langsung salah satu peninggalan sejarah bangsa, yakni bukti kehadiran salah satu kerajaan Islam tertua di Indonesia.

Sejarah
Masjid Agung Demak dipercaya sebagai masjid tertua di Pulau Jawa, berdiri mulai 1477 di bangun oleh Wali Sembilan atau Wali Songo. Sembilan tokoh ulama ini merupakan penyiar Islam di Pulau Jawa, sekaligus menjadi alasan pertama mengapa Indonesia menjadi negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia saat ini.

Pembangunan masjid didirikan oleh Raden Fatah bersama Wali Songo. Tempat ini juga menjadi cikal bakal berdirinya kerajaan Glagahwangi Bintoro Demak. Kegiatan Wali Songo berpusat di tempat ini, selain menjadi pusat ibadah, juga menjadi lokasi bertukar pikiran tentang soal-soal keagamaan.
Desain bangunan ini cukup menarik, terutama bentuk atap masjid berbentuk limas yang ditopang delapan tiang yang disebut Saka Majapahit. Struktur bangunan dibuat dari kayu jati dengan ukuran 31x31 meter ditambah serambi 31x15 meter. Bagian atap tengahnya ditopang empat tiang kayu besar (soko guru) yang dibuat empat Wali Songo.

Konon, tiang utama dan atap sirap masjid merupakan karya wali, yaitu Sunan Ampel, Sunan Gunung Jati, Sunan Bonang dan Sunan Kalijaga. Salah satu soko guru, hasil karya Sunan Kalijaga, tidak menggunakan kayu utuh seperti tiang utama, tetapi merupakan rangkaian dari potongan kayu yang disusun dan diikat bersama. Di dalam lokasi kompleks Masjid Agung Demak juga terdapat beberapa makam raja-raja Kesultanan Demak dan para abdinya. 

Kerajaan Demak
Raden Patah mendarat di Pelabulan Tuban pada 1419 bersama adik tirinya dan belajar di Ampel Denta. Bersama saudagar muslim kala itu, Patah mulai mendapat dukungan dari utusan Kaisar China, yakni Laksamana Cheng Ho yang juga menganut Islam. Seiring berjalannya waktu, Raden Patah terus mendalami Islam dengan pemuda lain, seperti Raden Paku (Sunan Giri), Makhdum Ibrahim (Sunan Bonang), dan Raden Kosim (Sunan Drajat). Setelah dianggap lulus, Raden Patah dipercaya menjadi ulama dan membuat permukiman di Bintara. 
Sebagai bangsawan kerajaan Majapahit, dengan gelar Adipati Kadipaten Bintara, Demak, Raden Patah memutuskan secara terbuka melepaskan ikatan dari Majapahit. Dengan bantuan daerah sekitar yang mayoritas sudah memeluk Islam, seperti Gresik, Tuban, dan Jepara, ia mendirikan kerajaan Islam yang berpusat di Demak. Raden patah memerintah Demak hingga tahun 1518, dan Demak menjadi pusat penyebaran Islam di Jawa sejak pemerintahannya.

Masjid Sulthoni
Seusai eksplorasi Masjid Agung Demak, perjalanan dilanjutkan ke arah Kudus, Jawa Tengah. Sambil mengarah ke tujuan, tim menyempatkan diri mampir di Masjid Sulthoni atau lebih dikenal dengan Masjid Sunan Kalijaga. Posisinya di Dusun Semaken I, Banjararum, Kalibawang, Kulonprogo.

Didirikan oleh Adipati Terung pada 1477, yang merupakan pengikut Sunan Kalijaga. Dari cerita turun-temurun, perintah pembangunan masjid ini dibuat ketika Sunan kalijaga tengah istirahat dalam perjalanannya ke Demak.  Saat itu Adipati Terung diminta untuk mendirikan masjid di tempat ini. Perintah ini pun disanggupi dan perjalanan ke Demak dilanjutkan. 

Semula Masjid Sulthoni berukuran kecil, hanya 8x8 meter persegi. Namun dalam perkembangannya, masjid ini terus berkembang dan dilengkapi dengan teras dan bangunan pendukung. Keunikan bangunan ini terlihat dari empat tiang induk, dengan tembok setengah (model kotangan), sedang atap menggunakan rumput ilalang.

Masjid Menara Kudus
Masuk Kudus, rombongan melanjutkan wisata religi Avanzanation Journey 2014 wilayah Indonesia Tengah ke salah satu peninggalan sejarah budaya bangsa. Meskipun berjuluk Kota Kretek, masyarakat juga bangga menjadikan Masjid Menara Kudus sebagai simbol atau salah satu ikon kota.

Ketika di lokasi, kondisi ramai pengunjung. Mulai dari yang shalat, berziarah, atau sekelompok siswa sekolah menengah tingkat atas sedang belajar sejarah. Masjid ini didirikan pada tahun 1549 M atau 956 H oleh Syekh Jafar Sodiq atau lebih dikenal Sunan Kudus.

Paling kontras, adalah bentuk gapura yang mirip dengan budaya. Konon, batu pertama yang diletakan untuk membuat masjid ini didatangkan dari Baitul Maqdis atau Palestina. Penjelasan sejarah masjid tercatat dalam prasasti berbahasa arab. Di tempat ini juga menjadi tempat peristirahatan terakhir Sunan Kudus dan kerap dikunjungi peziarah.

Wisata religi kali ini membuka lebih banyak pengetahuan soal Indonesia, lewat Avanzanation Journey 2014.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau